05 Maret 2009

Bagian IV

Mimpi Agamemnon

Tidak lama lagi malapetaka besar akan menimpa pasukan Yunani, karena perselisihan Agamemnon dengan Achilles, persis seperti yang dikhawatirkan oleh Nestor putra Peleus. Setelah Chryseis dikembalikan kepada ayahnya tanpa syarat, Apollo mencabut kutukannya. Namun sekarang Agamemnon harus menghadapi kemarahan dewa yang lainnya, Thetis, ibu Achilles, yang berhasil merayu Jupiter agar memberi kemenangan kepada pasukan Troy.

Segera setelah Briseis diambil darinya, Achilles pergi ke tepi pantai untuk meredakan kemarahannya; ia duduk sambil menangis, dan berdoa kepada ibunya, Thetis. Sang ibu mendengar suaranya dan segera keluar dari dalam laut, di mana ia tinggal di istana ayahnya yang sudah tua, Nereus. Thetis duduk di samping sang pahlawan dan bertanya kepadanya, “Mengapa kau menangis, putraku? Kesedihan apa yang sedang melanda pikiranmu?”

Achilles kemudian menceritakan perselisihannya dengan putra Atreus, dan memintanya untuk pergi ke Gunung Olympus, memohon agar Jupiter menghukum orang yang telah menghina putranya. Achilles juga menyinggung tentang jasanya (Thetis) terhadap Jupiter pada masa lalu, ketika Juno, Neptune dan Minerva ingin menggulingkan Jupiter. Mereka pasti berhasil menggulingkan Jupiter seandainya Thetis tidak meminta Briareus naik dari kerajaan Pluto menolong Jupiter. Btiareus adalah raksasa bertangan seratus, dan kedatangannya di Olympus membuat gentar tiga dewa yang ingin menggulingkan Jupiter, dan rencana mereka menggulingkan Jupiter gagal.

“Bantulah aku,” ucap Achilles kepada ibunya. “pergilah ke Olympus, dan jika kau selalu melayaninya, mohonlah kepada Jupiter agar ia berkenan memberi kemenangan kepada pasukan Troy. Biarkan pasukan Achaean terkepung diantara kapal-kapal mereka dan binasa, biarkan mereka menuai kebahagiaan yang telah mereka berikan kepada raja mereka, dan agar Agamemnon menyesal karena telah menghina prajurit terbaik Achaean.”

Thetis menangis dan menjawab, “Putraku, celakalah aku yang melahirkan dan menyusuimu. Aku akan pergi ke Olympus dan menceritakan semua ini pada Jupiter. Tetaplah di tendamu, redakan kemarahanmu dan menjauhlah dari medan perang. Jupiter saat ini sedang berada di Ethiopia, dan ia akan kembali setelah dua belas hari daru hari ini. Aku pasti menemuinya begitu ia pulang ke Olympus dan memohon bantuannya, dan aku yakin pasti bisa mempengaruhinya.”

Thetis tidak melupakan janjinya. Setelah dua belas hari itu berlalu, ketika fajar telah menyingsing, memberi tanda kepada matahari agar segera terbit, Thetis naik dari dasar laut dan pergi ke Puncak Olympus. Jupiter tidak sedang berkumpul bersama para dewa Olympus lainnya. Ia sedang duduk di sebuah bukit yang tidak jauh dari istananya. Thetis kemudian menghampirinya dan berlutut di bawah kaki Jupiter, memohon kepadanya agar berkenan memberi kemenangan kepada Hector dan pasukannya agar Agamemnon menyesal karena telah menghina putranya yang gagah berani dan telah banyak berjasa kepadanya.

“Oh Jupiter, jika aku memang selalu mengabdi padamu baik dalam ucapan maupun perbuatan, maka kabulkanlah permohonanku: hormatilah hidup putraku yang sangat singkat. Agamemnon putra Atreus telah menghinanya dihadapan para prajurit Achaean dan merampas hadiahya. Berikan kemenangan kepada pasukan Troy, hingga bangsa Achaean mengembalikan miliknya dan memberinya hadiah-hadiah lainnya yang pantas ia terima.”

Jupiter terdiam setelah mendengar permohonan Thetis, namun Thetis tetap berlutut dan memohon untuk kedua kalinya, “Tundukkanlah kepalamu,” ucapnya, “dan berjanjilah kepadaku, atau jika tidak, tolaklah permintaanku – karena tidak ada sesuatu yang dapat membuatmu takut – hingga aku mengetahui bahwa engkau telah meremehkanku.”

Jupiter kemudian menjawab, “Aku tidak ingin bertengkar dengan Juno; ia selalu mencelaku di hadapan para dewa, menuduhku telah membantu para prajurit Troy. Sekarang pulanglah ke istana ayahmu sebelum Juno melihat kita. Lihatlah, aku telah menundukkan kepalaku. Aku tidak pernah menarik kembali perkataanku atau menipu ketika aku menundukkan kepalaku.”

Jupiter kemudian kembali ke istananya sementara Thetis juga kembali ke istana ayahnya di dasar laut. Para dewa yang sedang berkumpul kemudian berdiri dari tempat duduk mereka menyambut kedatangan Jupiter. Tidak ada yang berani tetap duduk ketika Jupiter datang. Jupiter kemudian duduk di kursinya. Namun ia tiba-tiba dicela oleh Juno, yang telah melihatnya berduaan dengan Thetis di bukit, dan ia curiga bahwa suaminya dan Thetis telah merencanakan sesuatu, “Siapakah dewa yang menjadi penasihatmu hari ini?” ucap Juno mulai mencela suaminya di hadapan para dewa. “Mengapa kau selalu merahasiakan sesuatu dariku?”

“Juno,” jawab Jupiter, “kau tidak perlu tahu segala rencanaku. Kau adalah istriku, namun tidak berarti kau harus tahu semua rencanaku. Jika ada rencanaku yang tidak pantas kau ketahui, maka tidak ada yang perlu kau ketahui. Kau tidak seharusnya meminta penjelasan atau mengajukan pertanyaan.”

“Apa maksudmu?” jawab Juno sedikit kesal, “memohon dan mengajukan pertanyaan? Aku tidak akan mencampuri urusanmu. Namun aku khawatir jika kau dan Thetis sedang merencanakan sesuatu, karena tadi pagi aku melihatnya berlutut di bawah kakimu. Aku yakin kau telah berjanji kepada Thetis untuk memberikan kemenangan kepada pasukan Troy dan membinasakan para prajurit Achaean, dan bukankah itu yang diinginkan Thetis agar harga diri putranya tidak terinjak-injak oleh kesombongan Agamemnon.”

“Mengapa kau menuduhku seperti itu. Kau tak akan mendapatkan apa-apa karena itu hanya akan menambah kebencianku kepadamu. Sekarang duduklah dan diam!”

Juno merasa takut dengan ancaman suaminya dan akhirnya menahan sifat keras kepalanya. Ia duduk kembali dan diam. Namun istana menjadi begitu sunyi hingga si cerdik Vulcan mencoba menenangkan ibunya. “Ini tidak bisa ditolerir,” ucap Vulcan, “jika kalian bertengkar, langit menjadi begitu gaduh. Biarkan aku menasihati ibuku, – dan ia sendiri harus menyadari bahwa ini akan jauh lebih baik – bahwa ia harus menjadi teman ayahku, agar ayahku tidak lagi memarahinya dan mengganggu acara makan kita. Jika ia ingin melempar kita dari Olympus, maka ia dapat melakukannya dengan mudah, karena ia jauh lebih perkasa dan kuat, karena itu berikanlah ucapan yang adil kepadanya, dan ia pasti akan baik terhadap
kita.”

Vulcan kemudian memberi ibunya segelas nectar, “Berbahagialah ibu, aku sangat menyayangimu; aku sedih jika melihatmu sedih, karena aku tidak mungkin membantumu melawan Jupiter. Aku tidak ingin mendapat hukuman darinya.”

Juno tersenyum, dan menerima minuman yang dibawakan oleh putranya. Vulcan kemudian menuangkan kembali madu ke dalam mangkuk-mangkuk dan membagikannya kepada para dewa, dari kiri ke kanan; para dewa tertawa sambil bertepuk tangan meriah ketika menyaksikan Vulcan yang begitu sibuk.

Mereka menikmati pesta makan seharian penuh hingga matahari terbenam, dan semua merasa puas. Apollo juga mengiri pesta makan mereka dengan alunan nada liranya, diringi para Muse yang bernyanyi dan menari. Ketika matahari telah tenggelam, mereka pulang ke istana mereka masing-masing.

Muse adalah sembilan bersaudara putri Jupiter, yang menguasai puisi dan ilmu pengetahuan, musik dan tarian. Apollo, dewa musik dan seni murni, adalah pemimpin mereka. Sembilan Muse bersaudara tidak tinggal di Olympus, namun di puncak Gunung Parnassus di Yunani. Di lereng gunung itu terdapat sumber mata air yang terkenal, Castalia, dan airnya dapat memberi isnpirasi bagi siapapun yang meminumnya.

Sekarang dewa-dewi Olympus sedang terlelap dalam tidur, namun Jupiter belum memejamkan kedua matanya, karena ia masih memikirkan janjinya kepada Thetis. Akhirnya Jupiter memutuskan untuk mengirim pesan kepada Agamemnon lewat mimpi, menyuruhnya agar menyiapkan pasukannya dan menggempur Troy, karena para dewa menghendaki kehancuran Troy.

Sang mimpi mendatangi Agamemnon dalam wujud Nestor, karena Nestor putra Neleus adalah raja yang paling dihormati oleh Agamemnon,

“Dengarkanlah aku putra Atreus karena aku membawa pesan dari Jupiter. Ia memintamu menyiapkan pasukan karena Troy ditakdirkan hancur. Apa yang menjadi kehendak Jupiter tidak mungkin ditentang.”

Agamemnon bangun dan segera memerintahkan para pengawalnya untuk mengumpulkan para prajurit Achaean. Namun sebelum berbicara di depan mereka Agamemnon terlebih dulu mengumpulkan para komandan di tenda Nestor, dan ia bermaksud menceritakan mimpinya, bahwa Jupiter mentakdirkannya menaklukan Troy pada hari itu.

Setelah mereka berkumpul, Agamemnon segera menceritakan mimpinya, “Sahabat-sahabatku, semalam aku mendapat mimpi dari langit yang datang dalam wujud Nestor. Mimpi itu berkata bahwa Jupiter mentakdirkanku menaklukan Troy hari ini. Setelah itu ia menghilang dan aku terbangun. Sekarang mari kita bersiap-siap menggempur Troy. Namun aku akan menguji mereka lebih dulu sebelum kita melakukan penyerangan. Aku ingin melihat seberapa jauh semangat para prajurit Achaean masih tersisa.”

Agamemnon duduk kembali, dan sekarang Nestor yang bicara, “Sahabat-sahabatku, jika ada diantara kalian yang merasa bahwa mimpi Agamemnon adalah tipu dari Jupiter dan tidak akan menjadi kenyataan, bagaimanapun juga, ia adalah raja kita, dan kita harus segera menyiapkan pasukan untuk menggempur Troy, dan semoga Jupiter menepati janjinya yang akan memberi kemenangan kepada kita.”

Setelah selesai, Nestor memimpin mereka menuju pasukan Achaean yang sudah berkumpul. Sembilan bentara meminta mereka menyimak dengan teliti apa yang akan disampaikan Agamemnon. Agamemnon bangkit dari tempat duduknya sambil menggenggam tongkat kerajaannya. Tongkat itu dibuat oleh Vulcan, yang kemudian diberikan kepada Jupiter; Jupiter memberikan tongkat itu kepada raja Mercury; Mercury mewariskannya kepada Pelops, dan Pelops kepada Atreus, dan ia mewariskannya kepada Thyestes yang mewariskannya kepada Agamemnon.

“Sahabat-sahabatku, semalam aku mendapat pesan dari langit; dan seperti kalian ketahui, Jupiter telah menjanjikan kemenangan kepada kita, dan ternyata ia mengingkarinya dan menyuruhku pulang ke Argos tanpa membawa kemenangan. Dan seperti yang kita ketahui, kehendak Jupiter tidak bisa ditentang oleh kita. Kita telah kehilangan sahabat-sahabat kita yang paling gagah berani dalam peperangan selama sembilan tahun ini. Istri dan keluarga kita tetap menunggu kepulangan kita dengan cemas, namun hingga saat ini kita belum juga mendapatkan kemenangan. Sekarang kita akan berlayar pulang ke Argos karena kita tidak bisa memenangkan perang ini.”

Mereka sangat senang mendengar perintah Agamemnon dan ingin segera menyiapkan segala kebutuhan untuk perjalanan pulang.

Dan di Olympus, Juno bertanya kepada Minerva, “Putriku, banga Achaean tidak boleh pulang tanpa membawa kemenangan.”

Juno memerintahkan Minerva menemui Ulysses agar mempengaruhi para prajurit Achaean yang ingin pulang ke negeri mereka. Minerva menghampiri sang pahlawan di samping tendanya, dan memintanya mempengaruhi pasukan Achaean agar tidak berlayar pulang sebelum mendapat kemenangan dan menyaksikan Troy rata dengan tanah.

“Ulysses putra Laertes, apakah kau akan berlayar pulang tanpa membawa kemenangan? Apakah kau akan membiarkan Priam dan kerajaannya menertawai kalian? Sekarang kau mempengaruhi pasukan Achaean agar membatalkan rencana kepulangan mereka sebelum Troy hancur.”

Ulysses mengenal suara sang dewi, dan tentu saja ia akan mematuhi segala perintahnya. Ia melepas jubahnya, memberikannya kepada pelayannya yang setia, Eurybates, dan segera menemui siapa pun yang dapat ia temui untuk ia pengaruhi agar mengubah keputusannya untuk pulang.

Di mana pun ia bertemu dengan seorang raja atau pemimpin pasukan, ia segera duduk di sampingnya, “Tetaplah pada posisimu dan mintalah pasukanmu tetap di posnya. Kau tidak tahu apa yang tersimpan di dalam pikiran Agamemnon. Tidak semua dari kita terlibat dalam pertemuan di hadapan dewan; lihatlah jika ia marah dan ingin melukai kita; karena harga diri seorang raja sangatlah besar, dan ia mendapat dukungan dan restu dari Jupiter.”

Ulysses berhasil mempengaruhi para prajurit Achaean dan mereka kembali berkumpul untuk menunggu perintah selanjutnya dari raja mereka, Agamemnon putra Atreus.

Yang pertama bicara adalah Thersites, orang yang tak punya sopan santun ketika bicara. Achilles dan Ulysses amat membencinya, dan bangsa Achaean tidak pernah mengindahkan ucapannya. Ia mulai menghina Agamemnon.

“Agamemnon, apa lagi yang kau inginkan? Tenda-tendamu sudah penuh dengan barang rampasan perang dan wanita, yang diberikan bangsa Troy padamu sebagai tebusan anak-anak mereka. Sungguh tidak pantas kau menjadikan mereka menderita. Sekarang mari kita pulang dan biarlah mereka ditebus oleh keluarga mereka. Achilles adalah prajurit yang lebih baik darimu, dan kalian telah melihat sendiri bagaimana Agamemnon telah merampas hadiahnya.”

Ulysses bangkit dan memarahinya, “Jaga ucapanmu dan jangan menghina seorang Pangeran jika tidak ada yang melindungimu. Berani sekali kau menghina Agamemnon hanya karena pasukan Achaean memberinya banyak hadiah indah. Hentikan ocehanmu atau aku akan memaksamu pulang ke kapalmu!”

Ulysses memukul bahunya dengan tongkat hingga ia jatuh dan menangis; Thersites duduk kembali sambil menahan rasa sakit. Orang-orang mengasihaninya meskipun mereka sebenarnya sedang menertawainya, dan salah satu dari mereka berbisik kepada prajurit yang berdiri di sampingnya, “Ulysses telah berbuat yang terbaik bagi bangsa Achaean baik di medan pertempuran maupun di dalam dewan, namun sayangnya ia tak pernah memberi yang terbaik ketika menghadapi ocehan Thersites.”

Minerva kemudian menyamar menjadi bentara dan meminta para prajurit Achaean diam karena Ulysses akan bicara. Ulysses kemudian mengambil tongkat kerajaan milik Agamemnon.

“Agamemnon, ada suatu hal yang ingin kusampaikan. Sepertinya bangsa Achaean telah melupakan janji yang mereka ucapkan ketika berlayar dari Argos, bahwa kita tidak akan pulang sebelum menaklukan Troy. Akan sangat memalukan jika pulang tanpa kemenangan setelah sekian lama berperang. Bersabarlah sedikit dan kita akan mengetahui apakah yang diramalkan Calchas adalah kebenaran atau kebohongan. Bukankah Jupiter berjanji bahwa kita akan menang. Sembilan tahun kita berperang namun belum juga mendapat kemenangan; kemenangan itu akan kita raih pada tahun kesepuluh. Agamemnon, kau harus membatalkan kepulangan kita sebelum kemenangan ada di tangan bangsa Achaean!”

Pada kesempatan itu Ulysses juga menceritakan kembali tentang ular yang muncul dari altar, yang memangsa delapan anak ekor burung dan satu induknya, yang menurut orakel bahwa bangsa Achaean akan menaklukkan Troy pada tahun ke sepeuluh peperangan.

Nestor yang patut dimuliakan dan Raja Agamemnon kemudian berbicara kepara para prajurit Achaean, dan setelah itu mereka semua kembali ke kapal dan tenda untuk bersiap-siap. Pasukan Achaean juga menyiapkan persembahan untuk para dewa, khususnya Jupiter, sebelum mereka bertempur, dan Raja Agamemnon mempersembahkan lima lembu jantan gemuk yang berusia lima tahun, dan Homer telah menggambarkan bagaimana prosesi upacara itu berlangsung. Pertama-tama Agamemnon dan para komandan pasukan berdiri disekitar hewan persembahan sambil memegang gandum dan mengangkat tangan mereka berdoa kepada Jupiter agar memberi mereka kemenangan. Setelah selesai berdoa, lima lembu jantan itu disembelih dan dagingnya dipotong menjadi bagian-bagian kecil untuk kemudian dipersembahkan kepada para dewa, sementara sisa daging yang ada akan disajikan untuk pesta makan bersama.

Setelah pesta makan selesai, para bentara memanggil semua prajurit, dan mereka berlarian keluar dari tenda dan kapal mereka. Kemudian Nestor memberi arahan kepada para prajurit Achaean yang telah berkumpul. Dewi Mininerva ada diantara mereka, membawa perisai aegis Jupiter yang memiliki seratus jari emas, setiap jari sama nilainya dengan “seratus lembu jantan.” Minerva menyemangati para prajurit Achaean dan membuang rencana untuk pulang sebelum mendapatkan kemenangan.

Pasukan Troy melihat musuh sedang bergerak maju, dan Jupiter mengutus Iris , pembawa pesannya, menemui Hector, yang sedang mengadakan pertemuan dengan para komandan dan raja Priam di ruang pertemuan, memintanya segera bersiap-siap, karena pasukan Yunani sudah bergerak menuju kota.

Hector segera melaksanakan titah Jupiter yang dibawa Iris, membubarkan pertemuan dan memerintahkan para komandan pasukan beserta anak buah mereka segera berkumpul di gerbang kota.

Bagian V

Duel Menelaus-Paris

Kedua pasukan kini sudah siap bertempur di tanah terbuka yang tidak jauh dari depan tembok kota. Tidak lama lagi bumi dibajiri darah, namun mereka tidak takut mati, sebab kematian di medan perang lebih mulia daripada menghabiskan waktu dengan berkebun atau berdagang.

Agamemnon sudah tidak sabar ingin segera menaklukan, dan ia berharap mimpinya semalam akan menjadi kenyataan. Ia memerintahkan para komandan di setiap barisan mempersiapkan pasukan mereka masing-masing, sambil menunggu aba-aba menyerang darinya.

Segera setelah kedua pasukan saling berhadapan, dan yang tersisa diantara mereka hanya tanah
lapang seluas kira-kira 100 meter, Paris melompat keluar dari barisan pasukan Troy dan menantang bertarung prajurit terbaik Yunani. Ia terlihat seperti dewa muda yang tampan, mengenakan kulit harimau kumbang di bahunya. Ia mem bawa busur, pedang, dan dua tombak. Tantangan paris dijawab Menelaus, yang melompat turun dari kereta perangnya dan maju ke depan. Akhirnya setelah sekian lama ia mendapat kesempatan untuk membunuh orang yang telah merusak harga dirinya.

Namun ketika melihat Menelaus maju, Paris gemetaran dan takut, seperti seekor lembu di tengah hutan yang bertemu dengan singa yang sedang kelaparan.

Meskipun Paris adalah seorang pemberani, rasa bersalahnya terhadap Raja Menelaus membuat keberaniannya hilang. Hector sangat marah melihat adiknya mundur dan berlindung di balik barisan pasukan. Hector segera menghampirinya, dan tentu saja mencela tindakan pengecutnya.

“Apa kau takut melawan Menelaus? Bukankah kau yang kau terlebih dulu menantang prajurit Yunani. Lebih baik kau mati secara terhormat daripada hidup menanggung malu. Bukankah kau yang membawa malapetaka ini?”

Paris menjawab, “Hector, apakah kau akan menghinaku sebab hadiah yang diberikan Venus kepadaku? Baiklah, aku akan melawannya, namun mintalah para prajurit Achaean dan Troy untuk duduk, aku akan bertarung melawan Menelaus di tengah-tengah mereka. Jika aku menang dalam pertarungan itu, maka Helen akan menjadi milikku beserta seluruh harta kekayaannya, dan setelah itu tidak ada lagi pertempuran.”

Hector senang mendengar jawaban adiknya dan segera bergerak maju ke tengah tanah terbuka yang terbentang antara kedua pasukan, menyampaikan apa yang baru saja diucapkan Paris kepadanya.

“Dengarkanlah aku pasukan Troy dan Achaean. Aku ingin menyampaikan pesan dari Paris, penyebab perang ini. Ia minta agar pasukan Troy dan Achaean meletakkan senjata masing-masing di tanah, karena ia menantang Menelaus untuk berduel di tengah kalian. Pemenangnya akan membawa Helen dan seluruh harta kekayaannya, dan sesudah itu tidak ada lagi peperangan.”

Para prajurit Yunani dan Troy senang mendengar tantangan Paris, karena dengan demikian perang akan berakhir. Hector kemudian mengirim pesan kepada Priam, memintanya untuk datang dan membuat kesepakatan dengan Agamemnon, bahwa siapa pun yang menjadi pemenangnya, maka ia akan membawa Helen dan seluruh harta bendanya. Raja Priam dan para petingginya sedang duduk di balkon, di atas tembok pertahanan, dan tidak lama lagi akan melihat pangeran muda Paris bertarung melawan Menelaus.

Tidak lama kemudian, Helen datang menyusul dan duduk diantara mereka. Iris mendatangi Helen ketika ia sedang menenun di kamar tidurnya. Helen sedang membuat permadani bersulam emas, mengadabikan beberapa peristiwa besar yang terjadi selama perang berlangsung. Pada zaman itu, seperti yang kita ketahui dari Homer, para wanita yang berasal dari golongan bangsawan, bahkan para ratu dan putri-putri mereka, menganggap menenun adalah pekerjaan yang amat bermanfaat bagi mereka, dan begitu juga bagi Helen.

Helen tidak tega jika suaminya harus bertarung melawan Menelaus, dan ia merasa sebagai orang
yang pantas disalahkan. Helen kemudian memakai mantel putih, dan sambil menangis ia pergi ke Gerbang Scaean dengan ditemani oleh dua pelayan wanitanya, Aethrae, putri Pittheus, dan
Clymene.

Dua sesepuh Troy yang bijaksana, Ucalegon dan Antenor, sedang duduk di balkon, bersama Priam, Panthous, Thymoetes, Lampus, Clytius dan Hiketaon. Mereka terlalu tua untuk ikut bertempur, namun mereka adalah para orator ulung. Ketika melihat Helen datang, mereka saling berbisik satu sama lainnya, “Ia adalah keajaiban kecil hingga Troy harus menanggung begitu lama beban ini. Persoalan tentang wanita memang persoalan yang rumit. Meskipun ia orang jujur, biarlah bangsa Achaean membawanya pulang, atau ia akan mendatangkan permasalahan yang lebih banyak lagi bagi kita dan generasi sesudah kita.”

Priam kemudian memintanya duduk di dekatnya, “anakku,” ucap Priam, “duduklah di dekatku agar kau melihat suamimu, saudara-saudaramu dan sahabat-sahabatmu. Aku tidak menyalahkanmu sebagai penyebab peperangan ini karena semua sudah menjadi kehendak dewa. Katakanlah kepadaku, siapakah orang yang besar itu? Aku pernah melihat manusia yang tinggi sepertinya, namun tidak ada satu pun yang setia. Pastinya ia adalah raja.”

“O ayah, aku pun menyadari bahwa kehadiranku di sini sudah ditakdirkan oleh para dewa, dan aku tidak bisa menolaknya. Orang yang baru saja kau tunjuk adalah Agamemnon putra Atreus, panglima tinggi pasukan Yunani. Agamemnon adalah seorang raja yang baik dan pemberani, dan pernah menjadi kakak iparku.”

Raja Priam terlihat kagum dengan Agamemnon dan berkata, “Putra Atreus yang bahagia. Aku melihat bahwa bangsa Achaean tunduk kepadamu. Ketika aku ada di Phrygia, aku melihat banyak pasukan berkuda berkemah di pinggir sungai Sangarius. Mereka adalah orang-orang Otreus dan Mygdon, sementara aku adalah sekutu mereka, dan kami akan berperang melawan suku bangsa Amazon. Namun jumlah pasukan berkuda bangsa Achaean jauh lebih banyak dari mereka.”

Raja Priam kemudian bertanya kepada Helen tentang Ulysses; “Apa kau mengenal prajurit yang lebih pendek dari Agamemnon, namun bahunya lebar?”

“Ia adalah Ulysses, prajurit yang cerdas dan bijaksana. Meskipun ia besar di sebuah negeri yang berbatu, ia pandai menggunakan strategi perang, dan bukan hanya itu, ia juga fasih dalam berbicara dan bijaksana.”

Antenor menyela percakapan Priam dengan Helen, “Nyonya, ucapan anda benar. Sebelumnya Ulysses pernah datang ke sini sebagai duta untuk anda, saat itu ia bersama Menelaus. Ketika mereka berdiri di hadapan dewa Troy, raja Menelaus terlihat lebih lebar bahunya dari Ulysses, namun ketika keduanya duduk, ternyata bahu Ulysses lebih lebar. Menelaus tidak banyak bicara, namun ucapannya tepat mengenai sasaran. Ketika Ulysses belum mendapat kesempatan bicara, matanya ia arahkan ke bawah. Ia juga tidak menggerakkan tongkat kerajaannya, dan terlihat seperti seseorang yang tidak biasa menyatakan pemikirannya. Namun ketika tiba waktunya untuk bicara, tidak ada orang yang dapat berpikir orang seperti apakah Ulysses.”

Priam mengarahkan pandangannya ke Ajax, “Siapakah prajurit yang tubuh dan bahunya amat besar, melebihi prajurit Achaean yang lainnya.”

“Ajax putra Telamon,” jawab Helen, “dan di sampingnya adalah pangeran Idomeneus. Menelaus selalu menyambut hangat kedatangannya ketika berkunjung ke Sparta. Aku mengenal para komandan pasukan Achaean, namun aku sepertinya belum melihat dua saudara kandungku, Castor dan Pollux. Aku tidak tahu apakah mereka ikut dalam perang ini.”

Helen tidak tahu jika Castor dan Pollux telah dimakamkan di Sparta.

Ketika Priam sedang asik mengamati pasukan Yunani, bentara yang diutus Hector sudah sampai. Hector meminta agar Priam bersedia membuat kesepakatan sebelum pertarungan antara Paris dan Menelaus dimulai.

Priam gemetaran mendengar putranya akan bertarung melawan Menelaus. Ia turun dari balkon tembok pertahanan dan naik ke atas kereta ditemani Antenor; mereka melewati Gerbang Scaean dan menuju tengah lapangan diantara pasukan Troy dan Achaean.

Agamemnon dan Ulysses menghampiri Priam, dan mereka akan membuat perjanjian. Beberapa prajurit membawakan hewan persembahan dan menuangkan anggur ke dalam beberapa cangkir, kemudian menuangkan air pencuci tangan di atas tangan Agamemnon dan Priam. Agamemnon mencabut pisaunya, memotong rambut hewan persembahan dan membagikannya kepada para pangeran baik dari pihak Yunani maupun Troy. Setelah selesai, ia berdoa kepada Jupiter, “Oh Jupiter, yang menguasai Gunung Ida dan memiliki kekuatan yang tidak tertandingi. Tidak lama lagi pangeran muda Paris akan bertarung melawan Menelaus, dan jika Paris dapat memenangkan pertarungan itu, maka biarlah ia membawa Helen dan semua harta bendanya, dan kami akan pulang ke negeri kami; namun jika Menelaus yang menjadi pemenangnya, maka biarkanlah bangsa Troy menyerahkan Helen beserta seluruh harta kekayaannya. Jika ternyata Priam tidak menepatinya, maka aku akan tetap di sini hingga Troy rata dengan tanah.”

Setelah berdoa, Agamemnon menyembelih domba itu dan membiarkannya terkapar. Para komandan kemudian menumpahkan anggur dalam cangkir mereka ke tanah sebagai penghormatan kepada dewa dan Agamemnon memohon kembali kepada Jupiter, “Oh Jupiter, jika pasukan Troy melanggar sumpah mereka, maka jadikanlah darah keturunan mereka mengalir membasahi bumi sebagaimana tetes anggur ini jatuh ke tanah, dan jadikan istri mereka sebagai budak.”

Demikianlah permohonan Agamemnon; Jupiter tidak mengabulkannya. Ia memang berencana memberi kemenangan kepada pasukan Troy karena janjinya kepada Thetis harus ditepati. Kemudian Priam berkata kepada para prajurit Troy dan Achaean, “Dengarkanlah aku para prajurit Troy dan Achaean, aku tidak akan sanggup menyaksikan pertarungan putraku dengan Menelaus dan akan kembali ke kota, lagipula Jupiter dan para dewa sudah mengetahui siapakah yang akan kalah, dan dengan demikian ia akan menyerahkan Helen.”

Hector melepas helm bajanya dan para prajurit yang lainnya duduk rapi dan meletakan senjata mereka di tanah. Paris memakai baju perang milik Lycaon, menyandang pedang di bahunya, membawa dua bilah tombak dan sebuah perisai, dan terakhir mengenakan helm berambut kuda di atasnya. Menelaus mengenakan baju perangnya dan mempersenjatai diri dengan pedang dan tombak.

Pertarungan dimulai, dan Paris mendapat kesempatan pertama melesatkan tombaknya. Lemparannya dapat ditangkis Menelaus dengan perisainya. Sekarang giliran Menelaus menyerang Paris, namun sebelum menyerang ia berdoa kepada Jupiter agar lemparannya tepat mengenai tubuh Paris.

Menelaus melemparkan tombaknya. Namun lemparannya tidak mengenai sasaran dan dapat ditangkis oleh perisai Paris. Menelaus kemudian berlari dengan cepat ke arah Paris, dan menghantam kepala Paris dengan pedangnya, namun lagi-lagi nyawa Paris selamat karena pedang Menelaus tertahan oleh helm baja yang ia pakai.

Menelaus masih kesal, dan kali ini ia meraih rambut kuda helm baja Paris, dan mulai menyeretnya; namun pada saat yang bersamaan, Venus menyelamatkan Paris dari kematian. Venus menyelubungi arena pertarungan dengan kabut tebal, dan membawa Paris ke kamar tidurnya.

Menelaus kaget ketika menyadari bahwa ia sedang menyeret helm kosong. Menelaus mencari-cari Paris. Namun tidak ada yang tahu di mana Paris sembunyi, bahkan para prajurit Troy pun tidak tahu di mana Paris berada. Seandainya Paris bersembunyi di belakang mereka, mereka tentu tidak akan melindunginya, karena mereka sangat membenci orang yang telah menyebabkan peperangan panjang itu.

Paris menghilang dari arena pertarungan, dan pasukan Yunani mengklaim bahwa mereka adalah
pemenangnya. Agamemnon kemudian meminta agar Helen dan semua harta benda miliknya segera diserahkan kepada Menelaus. Namun para dewa tidak menghendaki itu. Takdir (Fates) telah mentakdirkan kehancuran Troy, dan perang tidak akan berakhir dengan perjanjian damai. Di samping itu, pasukan Yunani ditakdirkan menderita seperti yang dijanjikan oleh Jupiter kepada Thetis, karena kesombongan Agamemnon terhadap Achilles.

Sementara itu, setelah mengantarkan Paris ke kamar tidurnya, dewi Venus mendatangi Helen dan memintanya menemui Paris di kamar tidur mereka. Helen sempat mencela Venus karena melindungi suaminya, dan ia tidak ingin menemui Paris. Namun Venus mengancamnya dengan sumpah serapah, mengatakan bahwa ia dapat saja membinasakannya. Helen ketakutan dan segera pergi menemui Paris di kamar tidur mereka.

Helen kemudian mencela Paris atas tindakannya yang pengcut, “Mengapa kau lari. Bukankah kau selalu mengatakan bahwa kau lebih hebat dari Menelaus, namun mengapa sekarang kau lari darinya. Suamiku telah mengalahkanmu.”

Paris menjawab, “Janganlah mencaciku seperti itu. Kali ini dewi Minerva membantu Menelaus,
namun lain kali aku pasti mengalahkannya.”

Sementara mereka sedang bercaka-cakap di kamar tidur mereka, Menelaus masih mencari-cari Paris, hingga akhirnya Menelaus berpikir bahwa seorang dewa pasti telah menyelamatkannya. Agamemnon kemudian berteriak, “Dengarkan aku pasukan Troy, Dardanian dan para sekutu. Menelaus adalah pemenangnya, karena itu kembalikanlah Helen dan seluruh kekayaannya, dan tepatilah perjanjian, atau Jupiter akan menghukum kalian karena tidak menepati janji.”

Dan para prajurit Achaean bertepuk tangan riuh.

Sementara itu Juno menyatakan ketidak senangannya kepada Jupiter atas keterlibatan Venus, dan meminta agar Minerva diberi ijin terlibat di medan perang membantu pasukan Achaean. Juno tidak ingin perang berakhir; ia kemudian minta Pallas Minerva membuat pasukan Troy mengingkari perjanjian, dengan demikian akan perang akan berlanjut kembali, dan Jupiter menyetujui permintaan Juno.

“Buatlah pihak Troy yang terlebih dulu melanggar sumpah mereka,” ucap Juno kepada Pallas Minerva.

Memang itu yang diinginkan Minerva; ia segera turun dari pucak Olympus menuju medan perang. Namun sebelumnya dewi Minerva menembakan semacam meteor ke langit yang membuat pasukan Achaean dan Troy takjub melihatnya.

Minerva menyamar menjadi Laodocus putra Antenor. Ia menerobo masuk barisan pasukan Troy dan mencari Pandarus putra Lycaon, dan menemukannya di antara pasukannya yang berasal dari Aesopus. Minerva menghampirinya, “Putra Lycaon yang gagah berani, kau akan mendapat kehormatan yang besar jika berani membunuh Menelaus dengan anak panahmu. Kau juga akan mendapat hadiah dari pangeran muda Paris.”

Jiwanya yang bodoh telah terpengaruh oleh ucapan Minerva, dan ia segera mengambil busurnya. Ketika Pandarus sedang menyiapkan busur dan anak panah, para prajuritnya yang setia segera melindunginya dengan membentangkan perisai-perisai di depannya, khawatir jika pasukan Achaean mengetahui maksudnya. Ia berdoa kepada Apollo dan berjanji akan mempersembahkan beberapa biri-biri di altarnya setelah melesatkan anak panahnya. Pandarus menarik tali busurnya dan melepaskan anak panahnya. Anak panah itu melesat melewati barisan para prajurit Achaean dan menancap tepat di dada Menelaus

Namun Minerva tidak ingin Menelaus mati. Ketika Pandarus melesatkan anak panahnya, Minerva membuat anak panah itu tidak terlalu dalam menancap di dada Menelaus.”

Agamemnon ketakutan ketika melihat dada adiknya mengeluarkan darah. Ia berkata, “Saudaraku, kau adalah pemenang dalam duel ini karena pasukan Troy telah melanggar sumpah mereka.

Kemenangan akan datang kepada kita, jika tidak hari ini maka esok hari; kota Ilius akan
hancur dan penduduknya akan menderita.

Menelaus menjawab, “Bersabarah dan jangan beritahu pasukanmu; panah ini tidak akan membunuhku karena tubuhku masih dilindungi oleh baju lapis yang menyebabkan anak panah itu menancap tidak terlalu dalam.”

Agamemnon memerintahkan Talthybius untuk memanggil Machaon putra Aesculapius.

Talthybius segera mencari Machaon, dan ia menemukan Machaon sedang berdiri di antara pasukannya, “Putra Aesculapius, Raja Agamemnon memintamu segera mengobati luka Menelaus. Ia terkena anak panah.”

Machaon segera pergi mencari raja Menelaus. Ia melihat anak panah yang menancap di dada Menelaus, kemudian mencabutnya dengan hati-hati, sementara Menelaus menahan rasa sakit. Setelah anak panah itu tercabut, ia mengobati luka itu dengan menaburi bubuk ramuan yang diberikan oleh Chiron kepada ayahnya.

Ketika mereka sedang sibuk mengobati Menelaus, para prajurit Troy mulai menyerang; mereka telah mempersenjatai diri dan siap bertempur kembali.

Agamemnon tidak gentar melihat serangan prajurit Troy. Ia segera turun dari kereta perangnya dan menyuruh Eurymadon, putra Ptolemaus, menghadang mereka, sementara ia akan menyiapkan pasukan lainnya. Ketika ia melihat orang-orang dengan segera ke depan medan pertempuran, ia duduk diantara mereka dan menghibur mereka, “Bangsa Argive, tabahlah menghadapi semua ini karena Troy telah melanggar sumpahnya dengan menyerang kita secara mendadak. Maka dari itu, mereka akan menemui kekalahan mereka, dan kita akan menghancurkan kota mereka dan membawa istri-istri mereka dan anak-anak mereka ke kapal kita.”

Diantara para komandan hanya Nestor yang paling bijak ketika menyusun dan mengarahkan pasukannya. Ia menempatkan prajurit-prajurit yang pemberani di barisan depan dan belakang, sementara para prajurit yang penakut ditempatkan di barisan tengah.

Bagian VI

Pertempuran Besar Pertama

Ketika pasukan Achaean bertemu dengan pasukan Troy, yang terdengar di tengah medan pertempuran adalah desingan perisai yang mengadu dengan perisai, tombak mengadu dengan tombak, dan bumi dipenuhi dengan aliran darah pasukan Achaean dan Troy.

Antilochus membunuh seorang prajurit Troy, Echepolus, putra Thalysius. Antilochus mengarahkan pedangnya ke helm Echepolus dan menembus besi keras itu hingga ke tulangnya, dan Echepolus terjatuh ke tanah. Setelah itu Ajax, putra Telamon, berhasil membunuh Simoeisius, putra Anthemion. Kemudian Antiphus, putra Priam, melemparkan tombaknya ke arah Ajax. Namun lemparannya meleset dan mengenai Leucus. Ulysses marah melihat sahabatnya mati, akibat lemparan tombak Antiphus. Ia menyiapkan busurnya dan melepaskan anak panahnya ke Antiphus. Namun tembakan Ulysses mengenai Democoon, anak haram Priam. Hector, dan pasukan yang berada di barisan depan segera membentuk barisan untuk menghalau para prajurit Achaean. Apollo, yang menyaksikan pertempuran dari Pergamus, berteriak kepada para prajurit Troy, “Prajurit Troy, hancurkanlah musuh kalian dan jangan biarkan prajurit Achaean menghabisi kalian. Kulit-kulit mereka tak terbuat dari batu atau besi. Lagipula Achilles tidak ikut berperang. Ia sedang meredakan amarahnya di kapalnya.”

Seluruh komandan dalam pasukan Yunani dan Troy ikut terlibat di dalam pertempuran itu, kecuali Achilles, yang tetap berada ditendanya. Dua prajurit Troy yang menjadi pahlawan pada hari itu adalah Hector dan Aeneas. Sementara dari pasukan Yunani (kadang disebut Achaean) adalah Diomede (atau Diomed), juga disebut Tydides – diambil dari nama ayahnya, Tydeus. Diomede sangat disayangi dewi Minerva, yang membuat perisai dan helm bajanya amat berkilau, yang juga membuatnya menjadi seorang yang amat ditakuti musuh di medan perang.

Diomede telah membunuh banyak prajurit, dan kadang menerobos masuk ke dalam barisan pasukan Troy, memukul mundur mereka ke dalam tembok kota, hingga akhirnya anak panah Pandarus melukai bahu kanannya. Pandarus berteriak bangga bahwa ia telah melukai pahlawan Yunani. Diomed memohon kepada dewi Minerva agar datang dan membantunya, dan sang dewi memenuhi panggilannya dan menyembuhkan lukanya. Minerva kemudian menyemangatinya, “Oh Diomed, kobarkan semangatmu. Aku telah memberimu kekuatan. Aku juga telah memberi dua matamu kekuatan untuk membedakan dewa dan manusia. Bagaimanapun, kau tidak perlu takut jika harus menyerang dewa. Sekarang seranglah Venus jika kau melihatnya di medan perang.”

Diomede kembali mengamuk dan membantai banyak prajurit Troy dengan pedangnya. Aeneas kemudian menyuruh Pandarus menyerangnya dengan panah.

“Aku baru saja menyerangnya,” jawab Pandarus heran. “Ia pasti dilindungi oleh dewa.”

Namun Aeneas membawa Pandarus ke atas kereta perangnya dan bergerak ke arah dimana Diomede mengamuk dengan pedangnya; Pandarus diminta untuk menyerangnya sekali lagi. Stheneleus, sahabat Diomede yang juga mengendarai kereta perangnya, melihat kedatangan Aeneas dan Pandarus, dan ia menyarankan sahabatnya agar mundur sejenak. Namun Diomede menolak, tidak peduli dengan peringatan sahabatnya.

“Sahabat,” ucap Diomede kepada Stheneleus, “aku tidak akan gentar jika harus menghadapi mereka, karena Minerva telah menghilangkan rasa takutku, dan jika ternyata aku dapat membunuh mereka, apakah kau bersedia membawa kereta perang mereka beserta sepasang kudanya ke kapal. Kuda-kuda itu adalah hadiah yang sangat berharga, diberikan Jupiter kepada Raja Troas sebagai ganti atas salah satu putranya yang dibawa Jupiter ke Olympus, Ganymede.”

Sekarang kereta perang Aeneas semakin dekat. Dan kali ini Pandarus akan menyimpan busurnya, menggantinya dengan tombak, yang kemudian ia lempar ke arah Diomede dengan kekuatan penuh. Lemparannya menembus perisai Diomede dan hampir saja melukainya. Sekali Pandarus senang dan bangga karena berhasil melukai Diomede dan berkata dengan bangganya.

“Kau belum melukaiku,” ucap Diomede. “Lemparanmu meleset, dan salah satu dari kalian akan mati tidak lama lagi. Diomede melemparkan tombaknya, dan Minerva mengarahkannya hingga tombak itu mengenai wajahnya. Pandarus roboh seketika itu juga dan mati.

Aeneas segera melompat turun kereta perangnya sambil membawa perisai dan tombaknya. Ia tidak ingin pasukan Yunani melucuti pakaian perang Pandarus.

Melucuti baju perang dan senjata musuh biasa dilakukan pada masa itu, karena hal itu dianggap sebagai kemenangan. Namun Diomede segera mengangkat batu dan melemparkannya ke arah Aeneas. Lemparan Diomede mengenai pinggul Aeneas dan meremukan tulang sendinya. Posisinya kini seperti orang yang berlutut, dan ia serasa dikelilingi kabut kematian. Jika ibunya, Venus, tidak datang membantunya, maka ia pasti mati ditebas pedang Diomede. Jubahnya yang berkilau kini menjadi perisai yang melindungi putranya, dan Venus segera menarik Aeneas keluar dari medan perang. Sementara Sthenelus, tidak lupa dengan janjinya kepada Diomede, segera mengambil sepasang kuda yang menarik kereta perang Aeneas, kemudian membawanya ke perkemahan pasukan Yunani.

Diomede kini mencari Venus. Minerva telah memberinya kekuatan yang dapat membedakan mana manusia dan mana dewa, dan ia juga menyuruh Diomed tidak perlu takut melukai dewa. Diomed kini melihat dewa yang sedang dicarinya, dan tanpa membuang-buang waktu ia melemparkan lembingnya ke arah Venus. Ia berhasil melukai lengan Venus yang lembut, dan tangannya mengeluarkan Ichor, sebutan untuk darah dewa.

Venus mengerang kesakitan dan menjatuhkan Aeneas dari pangkuannya, namun Apollo menyelamatkan Aeneas dan membawanya pergi. Iris segera turun dari langit untuk membantu Venus, dan membawanya ke sisi kiri medan perang, dimana Mars, saudara laki-laki Venus, sedang mengawasi jalannya pertempuran.

Sambil menangis dan menahan rasa sakit, Venus memohon agar kakaknya meminjamkan keretanya yang sedang diistirahatkan dibalik awan, karena ia ingin kembali ke Olympus. Mars mengijinkan, dan Venus segera kembali ke Olympus bersama Iris. Setibanya di Olympus, Venus segera menemui ibunya, Dione, yang kemudian memintanya bersabar dan mengingatkan bahwa pada masa lalu manusia begitu sering menentang para dewa. Mars, ucapnya, harus menderita dikurung di dalam penjara selama lima belas bulan oleh raksasa yang bernama Ephialtes dan Otus, dan ia pasti mati seandainya Mercury tidak membebaskannya. Sementara itu Juno dan Hades pernah dilukai oleh Hercules. “Diomede akan mendapat hukuman karena berani melawan dewa,” ucap Dione menghibur Venus yang menahan rasa sakit.

Dione kemudian mengelap ichor yang mengalir dari tangan Venus, dan ia hanya menyentuh luka itu dengan tangannya agar sembuh.

Sementara itu, Diomede masih mengamuk dan mencari Aeneas, meskipun ia tahu bahwa Aeneas berada dilindungi Apollo. Tiga kali Diomede berusaha dan tiga kali ia pukul hajar oleh Apollo, namun ketika Diomede ingin menyerang yang ke-empat kali, Apollo mencelanya, “Diomed, hati-hati dengan kesombonganmu, jangan berpikir kau dapat menyamai para dewa, atau kau akan mendapat bencana yang tidak kau inginkan.”

Diomede segera mundur, takut akan kemarahan Apollo, sementara Apollo membawa Aeneas ke kuilnya di Pergamus. Di sana Diana dan Latona, ibu Apollo, menyembuhkan lukanya dan mengembalikan kekuatannya. Apollo meminta Mars membantu pasukan Troy, khususnya memukul mundur Diomede yang sampai saat ini masih mengamuk. Mars kemudian menyamar menjadi Acamas, masuk dalam barisan pasukan Troy dan menyemangati para prajurit Troy.

Bagaimanapun juga, tidak lama kemudian pasukan Yunani dapat dipukul mundur. Komandan mereka, raja Agamemnon, Menelaus, Ulysses dan dua Ajax, telah membunuh banyak prajurit Troy. Namun Minerva telah pergi meninggalkan medan pertempuran, dan sekarang Mars ikut membantu pasukan Troy. Sekarang Aeneas telah kembali ke medan perang dengan kekuatan dan keberanian baru, dan Hector beserta Sarpedon ada digaris depan. Keganasan Mars sebagai dewa perang dan kehebatan Hector telah membunuh banyak pasukan Yunani.

Keadaan demikian tentu saja tidak menyenangkan bagi Juno, yang sedang menyaksikan jalannya pertempuran dari puncak Olympus. Juno meminta ijin dari Jupiter untuk menarik Mars keluar dari medan perang. Jupiter setuju, namun yang melakukannya adalah Minerva. Juno setuju. Kemudian kedua dewi segera melaju, dengan kereta emas Juno yang berkilauan, menuju medan perang,

Juno mendaratkan keretanya disebuah tempat dimana air sungai Simois dan Scamander bertemu. Juno kemudian menutupi keretanya dengan kabut tebal, sehingga tidak ada manusia yang dapat melihatnya. Mereka segera mencari sang pahlawan Diomede; pada kesempatan itu Juno menyamar menjadi Stentor, orang yang mempunyai suara lebih keras dibanding teriakan lima puluh orang.

Juno berteriak menyemangati pasukan Achaean yang sedang dipukul oleh pasukan Troy, sementara Minerva menuyuh Diomede maju kembali dan memukul mundur pasukan Troy. namun Diomede menjawab, “Kau hanya memperbolehkan aku menyerang Venus.”

Minerva menjawab dengan agak sedikit kesal, “Kau tidak perlu takut! Kau harus maju menyerang Mars, dan aku akan bersamamu.” Minerva memakai helm milik Pluto, yang menjadikan siapa saja yang memakainya menjadi tidak terlihat, dan naik ke atas kereta perang Diomede. Kini Minerva yang mengendarai kereta perang Diomede dan mengarahkannya ke tempat dimana Mars sedang mengamuk membantai para prajurit Yunani.

Ketika Mars melihat Diomede mendekat, ia segera melemparkan tombak ke arah Diomede; namun Minerva membuat lemparannya meleset. Kini Diomede melemparkan lembingnya, dan tentunya Minerva yang mengarahkannya dan juga memberi Diomede kekuatan tambahan agar lemparannya semakin kencang. Mars mengerang kesakitan, karena ternyata lemparan Diomede mengenai pinggangnya.

Mars segera keluar dari medan perang dan kembali ke puncak Olympus. Ia mengadukan perbuatan Minerva kepada Jupiter. Namun Jupiter malah memarahi Mars, mengatakan bahwa ia sendiri yang menyebabkan penderitaannya. Meskipun marah terhadap Mars, Jupiter akhirnya menyuruh Paeon, tabib para dewa, untuk menyembuhkan luka Mars.

Sementara itu Juno dan Minerva kembali ke Olympus, setelah Mars pergi dari medan perang. Dan sekarang kemenangan bergantung pada keberanian dari masing-masing pasukan. Pasukan Troy, yang kini harus bertempur tanpa bantuan dewa, dipukul mundur oleh pasukan Yunani ke dalam tembok pertahanan mereka. Dalam keadaan yang demikian, Helenus, seorang peramal, menasihati saudaranya Hector agar segera pergi ke kota dan meminta kepada ibunya agar mengumpulkan sebanyak mungkin wanita Troy untuk berdoa bersama dan memberi persembahan di kuil Minerva, dan memohon bantuan dan perlindungannya. Hector menyetujui saran Helenus, dan ia segera melompat dari kereta perangnya dan meminta para prajurit Troy untuk terus bertempur selama kepergiannya ke kota. Begitu sampai di Gerbang Scaean, ia ditemui oleh istri, anak-anak dan ibu para prajurit. Mereka ingin sekali mengetahui nasib suami, anak dan saudara-saudara mereka.

Hector tidak ingin membuang-buang waktu dan segera ke istana. Setiba di istana, Hecuba menghidangkan secangkir anggur untuk melepas lelah putranya. Namun Hector tidak sempat mencicipi anggur itu, “Janganlah minta aku minum anggur,” ucap Hector kepada ibunya, “karena
anggur dapat melemahkan tubuhku dan mengurangi keberanianku.”

Hector kemudian mengatakan maksud kedatangannya. Dengan senang hati Hecuba akan melaksanakan harapan putranya; Ratu Hecuba dan para wanita Troy segera pergi ke kuil Minerva untuk memberi persembahan dan setelahnya mohon bantuan dan perlindungannya. Namun sang dewi tidak mengabulkan permintaan mereka.

Sementara itu Hector pergi ke istana Paris. Ia menemukan adiknya sedang di kamar tidurnya, menyiapkan perlengkapan perang, sementara Helen duduk di dekatnya bersama para pelayan wanitanya. Hector mencelanya karena tidak ikut bertempur bersama para prajurit yang lainnya.

“Paris, sudah banyak rakyat kita yang mati karena bencana yang kau bawa ke negeri ini. Mengapa kau hanya berdiam diri di kamarmu! Cepat kenakan baju perangmu dan ambil senjata-
senjatamu. Apakah kau akan berperang jika kota ini sudah terbakar.!

Paris menjawab bahwa ia akan segera kembali ke medan perang.

Selanjutnya Hector menemui istrinya, Andromache, dan bayinya. Ia begitu khawatir jika tidak dapat kembali lagi menemui istrinya. Namun dari pelayannya Hector mengetahui bahwa istrinya baru saja pergi ke tembok kota.

Hector bergegas meninggalkan istana dan menuju tembok kota. Begitu ia tiba di Gerbang Scaean, ia bertemu dengan istrinya dan perawat bayinya. Hector memberi nama bayinya Scamandrius, diambil dari nama sungai. Namun bayinya biasa dipanggil Astayanax oleh orang-orang, yang berarti “raja-kota.” Percakapan antara Hector dan istrinya pada saat itu, digambarkan dengan sangat indah sekali oleh Homer, dan bisa dikatakan yang paling indah dalam The Iliad. Andromache adalah putri Eetion, raja Thebe, kota dari mana Chryseis dibawa. Eetion dan juga seluruh keluarganya telah dibunuh, kecuali Andromache, dan dengan demikian ia sudah tidak punya orang tua dan saudara.

Hector sangat tersentuh ketika istrinya mengatakan bahwa ia sudah tidak punya siapa-siapa lagi
di dunia ini, namun Hector juga tidak mungkin pergi begitu saja meninggalkan teman-temannya yang sedang bertempur mati-matian membela negara.

Yang paling dikhawatirkan Hector bukan nyawanya, melainkan jika suatu saat Troy dapat ditaklukkan dan istrinya dijadikan budak oleh bangsa Yunani.

Hector kemudian memeluk bayinya, namun Astayanax menangis sebab ia ketakutan melihat rambut kuda yang melambai-lambai di helm ayahnya. Kedua orang tuanya hanya tersenyum, dan Hector, setelah melepaskan helm bajanya dan meletakkannya di tanah, mencium putranya dan menggendongnya, seraya berdoa kepada dewa agar kelak putranya menjadi prajurit tangguh dan pelindung Troy.

Perpisahan antara sang pahlawan dan istrinya begitu menyentuh hati yang paling dalam. Andromache kembali menggendong Astayanax sambil tersenyum.

Hector memakai kembali helm bajanya, sementara Andromache kembali ke istana.

Ketika Hector akan keluar lewat Gerbang Scaean dan meninggalkan istri dan anaknya, ia bertemu dengan Paris yang sudah mengenakan pakaian perang. Ia terlihat sudah siap untuk bergabung dalam pertempuran membantu para prajurit Troy lainnya sedang berjuang. Mereka bersama-sama kembali ke medan perang, dan membunuh banyak prajurit Yunani. Dewi Minerva segera turun dari puncak Olympus ketika melihat pasukan Yunani mulai kewalahan. Apollo, yang melihat sang dewi dari benteng pertahanan Troy, menghampirinya dan menawarkan agar disudahi untuk sementara. Minerva setuju, dan keduanya setuju untuk membuat Hector menantang prajurit terbaik Yunani berduel. Helenus, yang mengetahui apa kehendak para dewa, berkata kepada saudaranya, “Aku mendengar suara mereka (Apollo dan Minerva), dan kau tidak ditakdirkan mati saat ini.”

Hector senang mendengar jawaban dari saudaranya, segera bergerak maju ke depan dan meminta pasukan Troy berhenti bertempur.

Kemudian Hector berdiri di tengah, diantara pasukan Yunani dan pasukan Troy. Ia menantang prajurit terbaik Yunani untuk berduel dengannya. Dan untuk beberapa waktu terjadi keheningan dalam barisan pasukan Yunani. Bahkan yang paling pemberani diantara mereka enggan harus beduel dengan Hector. Akhirnya Menelaus menyatakan siap berduel dengan Hector dan segera mengenakan baju perangnya. Namun Agamemnon melarangnya berduel melawan Hector yang jauh lebih kuat dan berani darinya, dan prajurit yang bahkan disegani oleh Achilles.

Nestor kemudian bangkit, “Seandainya usiaku masih muda, tentu saja aku akan menerima tantangannya dengan senang hati. Namun aku tidak menyaksikan seorangpun prajurit Achaean yang berani menerima tantangan Hector.”

Tidak lama kemudian sembilan prajurit maju, menyatakan bahwa mereka siap berduel melawan Hector. Diantara mereka adalah raja Agamemnon, Ulysses, dua Ajax dan Diomede. Nestor menyarankan agar dilakukan pengundian untuk menentukan siapakah yang akan melawan Hector. Semua setuju, dan hasil undian jatuh kepada Ajax putra Telamon, prajurit terhebat setelah Achilles. Ajax sangat senang mendapat kesempatan berduel melawan Hector, dan ia segera mengenakan baju perangnya dan maju ke depan.

Keduanya sudah siap untuk berduel di lapangan yang sebelumnya sudah disiapkan. Yang pertama menyerang adalah Hector. Ia melemparkan tombaknya dengan kekuatan penuh. Ajax menangkis serangan Hector dengan perisainya yang terbuat dari tujuh lapis kulit lembu jantan, sementara lapis ke delapannya terbuat dari kuningan. Lemparan Hector hanya menembus lapis ke tujuh perisai Ajax, dan tidak menyentuh lapis terakhir.

Sekarang giliran Ajax yang melempar lembingnya. Lemparan Ajax tepat mengenai perisai Hector, dan akibatnya sangat fatal jika Hector tidak membanting tubuhnya. Kedua prajurit kembali
melemparkan tombak secara bergantian. Ajax kali ini berhasil melukai leher Hector meski tidak
parah. Hector mengangkat batu yang ada di dekat kakinya dan melemparkannya ke arah Ajax. Batu itu mengenai perisainya hingga terdengar bunyi desingan keras. Namun Ajax segera mengambil batu yang lebih besar dan melemparkannya ke arah Hector dengan tenaga penuh. Lemparan Ajax menghantam perisai Hector dan mengenai kakinya. Hector jatuh. Namun Apollo segera membangunkannya dan mengembalikan kekuatannya, dan kedua pahlawan kini berduel menggunakan pedang mereka masing-masing. Pada saat yang bersamaan, matahari mulai terlihat tenggelam, dan dua bentara, satu dari pasukan Yunani dan satunya lagi dari pasukan Troy, menghampiri kedua prajurit yang sedang asik bertarung, dan memerintahkan mereka untuk berhenti.

Ajax berkata bahwa yang menantanglah yang boleh mengajukan gencatan senjata. Hector menjawab bahwa sebaiknya pertempuran disudahi.

Hector memberi Ajax sebuah pedang bergagang perak beserta sarungnya, sementara Ajax memberi Hector sebuah ikat pinggang indah. Demikianlah akhir pertempuran yang berlangsung sepanjang hari itu. Kedua petarung lalu kembali ke barisan mereka masing-masing, dan mendapat sambutan hangat dari para prajurit dan sahabat mereka masing-masing.

Bagian VII

Agamemnon Ingin Berdamai Dengan Achilles

Sebelum beristirahat, para komandan dari pasukan Yunani mengadakan pertemuan di tenda Agamemnon; dalam pertemuan itu mereka memutuskan untuk menyelenggarakan upacara pemakaman bagi teman-teman mereka yang gugur. Mereka juga setuju dengan usulan Nestor untuk membangun tembok pertahanan dan menggali parit di depan perkemahan untuk menjamin keamanan kapal-kapal mereka dari serangan musuh.

Begitu juga dengan para komandan dari pasukan Troy. Mereka berkumpul di istana bersama para petinggi kerajaan yang lainnya; sebagian besar yang hadir dalam pertemuan itu pesimis jika Troy dapat memenangkan perang, dan semua itu karena kecerobohan Pandarus yang melanggar perjanjian. Antenor menyarankan agar Helen beserta seluruh harta kekayaannya segera dikembalikan kepada bangsa Yunani.

Namun Paris tentu saja tidak setuju dengan saran demikian. Paris mungkin saja setuju jika harus
mengembalikan semua harta kekayaan Helen kepada bangsa Yunani, namun tidak Helen. Priam tidak kuasa menentang keinginan Paris, dan ia memerintahkan seorang bentara ke perkemahan pasukan Yunani, menyampaikan kepada mereka tentang tawaran Paris – bahwa ia bersedia menyerahkan seluruh harta kekayaannya Helen – dan meminta pertempuran tidak dilanjutkan sebelum semua mayat selesai diambil dari medan perang dan dimakamkan.

Keesokan paginya Idaeus pergi ke perkemahan pasukan Yunani. Di sana ia menemukan para komandan sedang berkumpul di tenda Agamemnon. Pertemuan itu menolak dengan tegas tawaran yang diajukan Paris, namun mereka menyetujui saran Priam terkait pemakaman para prajurit yang gugur. Idaeus kembali ke kota dan menyampaikan jawaban dari panglima tinggi pasukan Yunani. Baik pasukan Yunani maupun Troy mulai mengumpulkan para prajurit mereka yang gugur dan membuat gundukan kayu bakar yang sangat besar untuk membakar jasad mereka.

Keesokan paginya sebelum fajar merekah pasukan Yunani mulai membuat tembok pertahanan dan menggali parit yang dalam seperti yang disarankan Nestor pada pertemuan yang lalu di tenda Agamemnon. Mereka menyelesaikan pekerjaan itu dalam sehari. Tembok pertahanan diperkuat dengan menara-menara tinggi dan gerbangnya dibuat dengan ukuran besar, sehingga kereta perang dapat melaluinya. Pasukan Achaean kemudian membuat parit yang dalam dan lebar, dan bagian atas diperkuat dengan kayu yang ujungnya ditajamkan. Para dewa, yang menyaksikan pekerjaan pasukan Yunani dari Olympus, menghargai usaha mereka, namun tidak halnya dengan Neptune. Ia mengajukan keberatannya kepada Jupiter.

Namun Jupiter menenangkan dewa laut itu dengan mengatakan bahwa jika perang sudah usai dan pasukan Yunani sudah pergi meninggalkan Troy, ia dapat menghancurkan tembok itu dengan ombaknya, menutupi puing yang bertebaran di pantai dengan pasir. Demikan nasib tembok pertahanan itu ketika perang selesai.

Setelah mereka selesai mengerjakan pekerjaan yang sangat melelahkan itu, mereka mengadakan pesta makan di tenda mereka masing-masing, dan keesokan harinya, masa gencatan senjata sudah berakhir, dan kedua pasukan bersiap untuk kembali bertempur. Sementara itu Jupiter melarang keterlibatan para dewa dalam medan perang, dan jika ada yang melanggar perintahnya, ia akan menghukumnya dengan mengurungnya di Tartarus.

Namun Minerva memohon agar ia diijinkan memberi masukan bagi pihak Yunani. Jupiter mengijinkannya. Setelah itu Jupiter naik ke keretanya dan menuju Gunung Ida. Di sana ia melihat perkemahan pasukan Achaean dan tembok kota Troy yang sangat besar. Kedua pasukan, yang dipimpin masing-masing komandan mereka, sedang terlibat pertempuran yang amat sengit.

Pertempuran yang sengit itu terus berlangsung hingga tengah hari. Jupiter akhirnya mengirim halilintar ke tengah-tengah pasukan Yunani. Dalam kepanikan para komandan pasukan Yunani mundur dari medan perang. Yang masih tetap ada di medan perang hanya Nestor. Meskipun ia tidak ingin pergi, namun akhirnya ia juga keluar dari medan perang karena salah satu kudanya mati terkena anak panah yang ditembakkan Paris. Nyawa Nestor juga akan melayang ditangan Hector jika Diomede tidak segera membawanya pergi dengan kereta perangnya.

Nestor dan Diomede kemudian bergerak mendekati Hector, dan Diomede melemparkan lembingnya ke arah Hector. Namun lemparan Diomede meleset dan malah mengenai pengendara keretanya hingga ia roboh dan mati. Diomede masih mengamuk, dan ketika ia ingin melemparkan tombaknya ke arah Hector, tiba-tiba langit mengeluarkan halilintar yang jatuh tepat di depan kereta perangnya. Ia tahu bahwa Jupiter sedang marah; Diomede dan Nestor segera kembali ke perkemahan, namun Hector mengejar mereka dan memerintahkan pasukan Troy mengikutinya. Pasukan Yunani sekarang terdesak dan berlindung dibalik tembok pertahanan dan parit. Dalam keadaan putus asa Agamemnon memohon dengan khidmat kepada Jove agar memberi keselamatan kepada pasukannya dan kapal-kapal mereka.

Jupiter mendengar permohonan sang raja, dan karena kasihan terhadapnya ia mengirim sebuah pertanda baik. Pertanda itu adalah seekor elang yang terbang sambil mencengkram seekor anak rusa yang kemudian dijatuhkan di samping altar yang biasa digunakan pasukan Yunani untuk memberi persembahan kepada dewa. Percaya bahwa elang itu kiriman dari Jove, pasukan Yunani kembali bersemangat, dan menyerang balik musuh, dipimpin oleh Agamemnon, Diomede, Menelaus dan Ajax. Mereka membantai prajurit Troy; sementara Teucer membantai para prajurit Troy dengan busurnya. Teucer mengarahkan anak panahnya kepada Hector. Yang pertama meleset, dan yang kedua juga meleset, namun mengenai kusir keretanya. Hector turun dari keretanya, mengambil sebuah batu besar dan melemparkannya ke arah Teucer. Lemparannya menghantam leher Teucer dan seketika itu Teucer roboh ke tanah. Dan kini pasukan Troy kembali mengamuk dan memukul mereka kembali ke dalam perkemahan mereka, berlindung dibalik tembok pertahanan dan parit.

Namun matahari telah tenggelam dan malam akan segera datang; pasukan Yunani tertolong oleh
datangnya malam, meskipun mereka mulai khawatir sebab musuh sudah dekat dengan kapal-kapal mereka. Pada sisi lain, para prajurit Troy tidak ingin matahari tenggelam, karena itu mencegah mereka meraih kemenangan yang sudah hampir mereka raih. Namun Hector sangat yakin bahwa besok ia akan menghancurkan pasukan Achaean dan membakar kapal-kapal mereka, dan dengan demikian perang akan berakhir. Ia memerintahkan para prajuritnya tidak kembali ke kota dan bermalam di dekat perkemahan musuh, agar mereka siap sedia ketika ingin menyerbu pasukan Achaean.

Sementara itu para petinggi pasukan Yunani menyelenggarakan pertemuan di tenda Agamemnon. Agamemnon mengusulkan untuk pulang ke Yunani karena ia tidak melihat ada harapan untuk menang. Yang lain hanya terdiam dan keadaan kini berubah menjadi hening, hingga akhirnya Diomede angkat bicara, mengejek usulan Agamemnon.

Hujatan Diomede disambut tepuk tangan para komandan yang hadir dalam pertemuan itu. Agamemnon kemudian mengajak para komandan makan malam di tendanya. Setelah selesai pertemuan dilanjutkan kembali, namun sebelumnya para pengawal telah diperintahkan untuk berjaga-jaga di tembok pertahanan dan parit. Sekarang Nestor menyampaikan usulnya; ia mengatakan pasukan Achaean harus bisa meredakan amarah Achilles. Usulan itu bahkan telah disetujui Agamemnon, karena ia sudah mengakui kesalahannya dengan mengambil Briseis, dan sang raja berjanji akan mengembalikan Briseis kepada Achilles dan memberi banyak hadiah tambahan sebagai bentuk permohonan maaf.

Agamemnon kemudian berjanji akan memberi emas dalam jumlah banyak kepada Achilles, 20 ketel yang indah dan 12 ekor kuda jantan. Setibanya kembali di Yunani, ia juga akan menikahkan salah satu putrinya dengan Achilles, tentunya setelah Troy ditaklukkan, dan sebagai maharnya, ia akan menyerahkan tujuh kota yang kaya untuknya.

Para komandan sangat senang mendengarnya, dan mereka ingin mengirim sesegera mungkin utusan ke tenda Achilles untuk menyampaikan kabar baik itu, agar ia bersedia menerima semua hadiah itu dan berdamai dengan Agamemnon. Berdasarkan saran Nestor, untuk menjalani misi yang penting ini, mereka memilih Ulysses, Phoenix dan Ajax. Phoenix adalah instruktur Achilles ketika masih muda dan dikirim oleh Raja Peleus dalam ekspedisi ke Troy sebagai penasihat Achilles. Ketiga utusan bergegas menuju tenda Achilles, dimana mereka menemukan sang pahlawan sedang duduk di dalam tenda bersama sahabatnya Patroclus.

Mereka berjalan menyusuri pantai sambil memohon kepada Neptune agar berkenan memberikan keberanian kepada pasukan Achaean. Ketika mereka telah tiba di perkemahan pasukan Myrmidon, mereka melihat Achilles memainkan lira peraknya. Lira itu adalah rampasan perang yang ia dapatkan dari kota Eetion. Di depannya duduk sahabat dekatnya, Patroclus, yang tenggelam dalam alunan nada merdu yang dimainkan Achilles. Ketika Achilles sedang berhenti sejenak, Ulysses dan Ajax masuk. Achilles kemudian bangkit dari kursinya dan tangannya masih menggenggam lira; Patroclus juga turut berdiri ketika ia melihat ada tamu yang datang. Achilles menyapa mereka, “Selamat datang sahabat-sahabatku. Pasti ada hal yang ingin kalian sampaikan kepadaku.”

Achilles kemudian mempersilahkan mereka duduk dan ia berkata kepada Patroclus, “Putra Menoetius,
siapkan mangkuk besar di atas meja, dan campurkan air dan anggur di dalamnya, dan pastikan setiap tamu kita mendapatkan hidangan, karena mereka adalah sahabat-sahabatku yang sedang mengunjungiku.”

Patroclus segera melaksanakan perintah sahabatnya. Setelah makanan dan minuman dihidangkan, Achilles meminta Patroclus berdoa. Setelah selesai berdoa, mereka menikmati hidangan yang telah disajikan. Setelah kenyang, Ajax memberi isyarat kepada Phoenix, dan Ulysses mengatakan maksud kedatangan mereka.

“Achilles,” ucap Ulysses, “para prajurit Achaean mengalami masalah yang sangat serius, dan tanpa bantuanmu kita tidak tahu apakah bisa menyelamatkan pasukan kita atau kita semua harus mati di sini. Pasukan Troy dan sekutu mereka sedang berkemah tidak jauh dari perkemahan kita. Jupiter telah memberi mereka isyarat bahwa mereka akan menang, dan Hector mengamuk seperti maniak, dan merasa sangat yakin bahwa Jupiter ada di sampingnya. Ia berjanji akan membakar kapal-kapal pasukan Achaean, dan aku takut jika langit mendukung kesombongan Hector. Bangkit dan bantulah kami meskipun sudah terlambat. Selamatkan bangsa Achaean dari kesombongan mereka. Kau pasti menderita dan merasa bersalah jika setelah ini kau tetap memutuskan untuk mundur dari medan perang.”

Ulysses kemudian menyampaikan keinginan Agamemnon untuk berdamai dengannya dan juga hadiah-hadiah tambahan yang diberikan kepadanya.

Achilles menjawab, “Aku tidak akan berdamai dengannya. Penghinaannya telah menjatuhkan harga diriku; ia tidak pernah menghargai perjuanganku. Selama ini aku telah menaklukan 12 kota dan 8 kota di sekitar Troy sudah ditaklukan oleh pasukan Myrmidon. Aku juga membawa banyak rampasan perang dari kota-kota itu, namun semua itu kuserahkan kepada putra Atreus. Seperti yang kalian ketahui ia hanya diam saja di kapalnya, dan kitalah yang harus menaklukan kota-kota itu.

“Ia memang membagikan rampasan perang itu kepada para prajurit kita, namun mengapa ia masih juga mengambil milikku. Sekarang bertanyalah kepada diri kalian sendiri, mengapa kita harus berperang melawan Troy? Bukankah yang menyebabkan semua ini adalah Helen? Apakah di dunia ini hanya Menelaus satu-satunya laki-laki yang mencintai istrinya? Biarlah Agamemnon datang sendiri ke tenda kalian dan memohon bantuan kalian. Bukankah ia telah melakukan banyak hal tanpa kehadiranku? Ia telah mendirikan tembok dan membuat parit yang amat dalam untuk melindungi pasukan Achaean.

“Aku akan pulang besok pagi. Jika Neptune berbaik hati, aku akan sampai di Phitia dalam tiga hari. Sampaikanlah jawabanku kepada Agamemnon, aku tidak ingin berdamai dengannya, dan seharusnya bangsa Achaean membencinya.

“Aku tidak tertarik dengan hadiah-hadiah yang ia tawarkan kepadaku saat ini. Mengapa ia tidak datang sendiri ke tendaku dan minta maaf secara langsung. Aku tidak akan menikahi putrinya meskipun ia secantik Venus atau secerdas dewi Minerva. Biarlah laki-laki lain yang akan menjadi
suami mereka, dan Peleus akan mencarikanku seorang istri dari yang lainnya.

“Ibuku mengatakan bahwa ada dua jalan yang harus kupilih. Jika aku tetap di sini dan berperang, aku akan mati di sini. Namun namaku akan selalu dikenang sepanjang masa. Dan jika aku memutuskan untuk pulang maka namaku akan mati. Dan aku telah memutuskan untuk pulang besok pagi dengan pasukan Mymidon. Dan kau Phoenix, kau menginap di kapalku malam ini dan ikut pulang besok pagi. Namun aku tak akan memaksamu menuruti tawaranku.”

Ajax, Ulysses dan Phoenix terlihat resah setelah mendengar jawaban dari Achilles. Phoenix kemudian berkata kepada Achilles, “Jika kau memang itu yang kau inginkan, bagaimana mungkin aku bertahan tetap di sini? Ayahmu memintaku ikut bersamamu, maka aku akan ikut pulang denganmu besok pagi. Jika kau tetap di sini dan berjuang bersama pasukan Achaean, maka kau akan mendapatkan apa yang diucapkan ibumu, kehormatan dan kejayaan, dan namamu akan dikenang di setiap penjuru bumi selama berabad-abad.”

Phoenix terus merayu agar Achilles membatalkan rencana kepulangannya. Ia berharap Achilles berdamai dengan Agamemnon dan terlibat kembali dalam pertempuran karena moral pasukan Achaean telah hancur. Mereka membutuhkan semangat baru untuk tetap terus berjuang hingga kota Ilius hancur.

Achilles menjawab, “Phoenix, sahabat ayahku, aku tidaklah membutuhkan penghormatan karena aku telah mendapatkannya dari Jupiter. Kumohon jangan terus menerus membujukku demi putra Atreus. Cintailah ia dengan baik, dan kau tentunya akan kehilangan cintaku. Kau tidak seharusnya membantu orang yang telah memberiku masalah. Tetaplah di sini dan tidurlah dengan nyaman di tempat tidurmu, dan besok pagi kita akan pertimbangkan dan putuskan apakah kita akan pulang atau tetap di sini.”

Ajax dan Ulysses kemudian berpamitan dan Patroclus minta anak buahnya menyiapkan tempat tidur untuk Phoenix. Phoenix tidur di tenda Achilles. Achilles tidur di kamarnya bersama Diomede putri Phorbas, yang ia bawa dari Lesbos. Di kamar yang lain, Patroclus tidur bersama Iphis yang diberikan Achilles kepadanya sebagai hadiah.

Para komandan kembali berkumpul untuk mencari jalan keluar terbaik – apakah mereka harus terus berperang, atau pulang tanpa membawa kemenangan. Nestor kemudian mengusulkan agar ada beberapa prajurit yang pergi ke Troy dan mencari tahu apa rencana Hector selanjutnya.

Diomede kemudian menawarkan diri untuk misi itu, dan karena diijinkan memilih teman, ia menunjuk Ulysses. Keduanya segera mengenakan baju perang dan mengambil senjata mereka. Sebelum memulai perjalanan mereka memohon dengan khidmat kepada Minerva, dan perjalanan memasuki benteng musuh kini dimulai.

Pada waktu yang sama Hector juga mengirim seorang komandan pasukan, Dolon, untuk memata-matai pasukan Yunani – menyusup ke perkemahan pasukan Yunani dan mencari tahu rencana mereka. Dolon menjalani tugas itu dengan satu syarat, bahwa ia akan mendapat kereta perang beserta sepasang kudanya Achilles jika berhasil melaksanakan tugasnya, dan tentunya setelah pasukan Achaeab telah ditaklukkan. Hector setuju dan Dolon segera menuju perkemahan pasukan Yunani di tepi pantai. Namun sebelum jauh melangkah, Ulysses dan Diomede melihatnya dan mengikutinya.

Awalnya Dolon berpikir bahwa mereka adalah prajurit Troy yang dikirim Hector untuk menyuruhnya pulang, namun, setelah mengetahui bahwa mereka itu musuh, ia melarikan diri secepat mungkin. Diomede dan Ulysses mengejar Dolon, dan Diomede melemparkan tombaknya, namun tidak bermaksud membunuhnya, karena jika berhasil menangkapnya hidup-hidup, mereke akan mendapat informasi yang mereka inginkan. Dolon ketakutan ketika akhirnya tertangkap oleh Diomede dan Ulysses. Ia berlutut kepada mereka dan mohon diampuni, mengatakan bahwa ayahnya akan menebusnya dengan harga mahal. Ulysses akan mengampuni Dolon jika bersedia mengatakan rencana yang akan dijalankan Hector.

Rasa takut membuatnya mengatakan apa yang diinginkan Ulyssses, dan ia bahkan memberi lebih banyak informasi. Ada seorang Raja Thrace, ucapnya, yang baru saja datang untuk membantu pasukan Troy. namanya Rhesus. Ia mempunyai kuda-kuda yang indah dipandang mata, dan cepat secepat angin, dan kereta perang Rhesus dibuat dari perpaduan emas dan perak, dan semua senjatanya terbuat dari emas.

“Namun Rhesus dan pasukannya,” ucap Dolon melanjutkan, “mendirikan kemah di tempat yang terpisah, dan nampaknya akan lebih mudah menyergapnya ketika ia sedang tidur, dan tentu saja
mengambil semua benda berharga miliknya.”

Ulysses dan Diomede senang mendengarnya. Mereka pernah mendengar dari orakel yang menyatakan bahwa Troy tidak akan pernah ditaklukkan sebelum kuda-kuda milik Rhesus ditangkap. Ulysses dan Diomede ingin sekali menangkap mereka, namun mereka sebelumnya membunuh Dolon terlebih dulu. Ulysses dan Diomede kemudian mencari perkemahan Rhesus, dan mereka menemukan Rhesus dan anak buahnya sedang tidur nyenyak.

Diomede membunuh Rhesus dan dua belas orang pengawalnya, sementara Ulysses mengambil kuda-kudanya. Ulysses dan Diomede segera kembali secepat mungkin ke perkemahan, dan kedatangan mereka disambut dengan suka cita oleh Nestor dan para prajurit Achaean yang lainnya.

Bagian VIII

Pasukan Yunani Terkepung & Kematian Patroclus

Ketika fajar menyingsing pasukan Achaean kembali bertempur. Mereka termotifasi oleh keberanian Ulysses dan Diomede, dan Jupiter mengirim Iris, dewi perselisihan, untuk memprovokasi pasukan Achaean. Iris berdiri di kapal Ulysses yang terletak ditengah-tengah barisan kapal pasukan Yunani, dan berteriak hingga suaranya terdengar ke perkemahan pasukan Yunani.

Agamemnon memimpin pasukan Yunani di pagi itu. Ia memakai pakaian perang yang berkilauan, pelindung dadanya terbuat dari emas dan perunggu. Raja Agamemnon membawa pedang berlapis emas, menggantung di bahunya dengan sarung pedang yang juga berlapis emas, dan membawa dua tombak. Ketika maju ke medan perang untuk menghajar musuhnya, Juno dan Minerva membuat kilatan halilintar di langit, sebagai bentuk penghormatan mereka kepada Raja Mycenae.

Sementara itu para prajurit Troy berkumpul di atas bukit; mereka berdiri di sekitar Hector, Polydamas, Aeneas dan tiga putra Antenor, Polybus, Agenor, dan Acamas. Perisai Hector terlihat
di barisan terdepan, dan kilatan yang memantul di perisainya seperti cahaya bintang yang menembus kabut, dan pakaian perangnya berkilauan seperti halilintar Jupiter.

Pertempuran besar pun dimulai.

Hari masih pagi; kedua pasukan terlihat saling menghujani musuh mereka dengan anak-anak panah. Baik prajurit Troy maupun Yunani banyak yang mati di pagi itu, terkena hujan anak panah. Menjelang tengah hari, ketika seorang tukang penebang kayu di hutan beristirahat untuk makan siang, pasukan Achaean, sambil berteriak keras di setiap barisan, berhasil mematahkan barisan musuh. Bienor dan kusir keretanya roboh ke tanah oleh tombak Agamemnon.

Agamemnon kemudian membunuh dua komandan Troy, Hippolochus dan Pisander. Keduanya adalah putra Antimachus. Antimachus adalah petinggi Troy yang menolak pengembalian Helen kepada Menelaus, karena Paris menyogoknya.

Prajurit yang berjalan kaki menyerang prajurit yang berjalan kaki; prajurit berkuda menyerang prajurit berkuda, dan derap langkah kaki kuda menyebabkan debu-debu di tanah berterbangan. Agamemnon menyemangati pasukan Achaean. Begitu banyak prajurit Troy yang mati; banyak kereta perang kosong karena kusir dan komandan pasukan sudah mati tergeletak di tanah, dan bangkai mereka lebih bermanfaat bagi kawanan burung pemakan bangkai, daripada bagi istri mereka.

Namun ketika tengah hari pasukan Yunani berhasil memukul mundur para prajurit Troy ke dalam benteng mereka. Agamemnon membunuh dua putra Priam, Isus dan Antiphus dengan tombaknya.

Hector tidak terlibat dalam pertempuran; Jupiter menyuruh Hector, melalui Iris, untuk tidak ikut bertempur sebelum Agamemnon mundur dari medan perang. Tidak lama kemudian salah satu komandan pasukan Troy, Coon, berhasil melukai Agamemnon yang sebelumnya telah membunuh Iphidamas, adik Coon; keduanya adalah putra Antenor. Sebelum mundur dari medan perang, Agamemnon sempat membunuh Coon. Agamemnon kemudian naik ke atas keretanya dan kembali ke tendanya untuk mengobati lukanya.

Hector, melihat Agamemnon mundur dari medan perang, segera bergerak maju ke depan, dan memerintahkan para prajuritnya mengikutinya.

Sekarang kemenangan berpihak pada pasukan Troy. Sembilan komandan pasukan Yunani terluka satu persatu oleh pedang Hector. Sementara Paris berhasil melukai Diomede dengan anak panahnya, dan Diomede juga mundur sejenak dari medan perang. Kemudian Socus berhasil melukai Ulysses dengan tombaknya.

Namun Ulysses membunuhnya dengan tombak., Machaon, tabib pasukan Yunani, juga terluka oleh Paris. Anak panah yang ditembakkan Paris menancap di dadanya. Machaon sangat berarti bagi pasukan Yunani, oleh sebab itu Idomeneus meminta Nestor membawanya ke perkemahan dengan kereta perangnya.

Pasukan Yunani kini berlindung di belakang tembok pertahanan mereka, Pasukan Troy berusaha menembus parit dan tembok pertahanan pasukan Yunani, sementara pasukan Yunani menghalangi mereka menembus tembok pertahanan.

Akhirnya Hector mengambil sebuah batu besar dan melemparkannya ke gerbang tembok pertahanan pasukan Yunani. Kemudian terdengar dentuman yang keras akibat batu lemparan Hector membentur pintu gerbang tembok pertahanan, dan gerbang itu kini terbuka. Hector melompat ke dalam dan memerintahkan para prajuritnya mengikutinya. Sekarang pasukan Troy berhasil menembus tembok itu, dan jika mereka bisa melangkah lebih jauh tidak mustahil mereka akan membakar kapal-kapal pasukan Achaean.

Tidak ada dewa-dewi yang terlibat di medan perang. Namun Neptune kini memutuskan untuk membantu pasukan Achaean; ia melihat Jupiter masih duduk di puncak Gunung Ida, namun sudah tidak mengamati jalannya peperangan.

Neptune berubah wujud menjadi Calchas. Ia kemudian menyemangati para prajurit Achaean agar memukul mundur pasukan musuh. Setelah itu ia mendekati dua Ajax dan memberi mereka kekuatan tambahan. Tidak ingin membuang waktu lebih lama lagi, kedua Ajax mulai mengamuk dan membantai prajurit Troy sedikit demi sedikit. Prajurit Achaean yang lainnya ikut bersemangat menyaksikan Ajax besar dan kecil mengamuk, seolah-olah muncul harapan baru, bahwa mereka tidak akan mati pada hari itu dan pada akhirnya pulang membawa kemenangan. Hector, Helenus, Paris, Deiphobus dan Aeneas terus menggempur pasukan Yunani, sebab mereka ingin membinasakan musuh mereka, yang telah menyebabkan penderitaan bagi bangsa Troy. Sementara itu, Menelaus, Idomeneus, Teucer, kedua Ajax dan Antilochus putra Nestor berusaha sekuat tenaga memukul mundur pasukan Troy. Mereka tidak ingin musuh mendekati kapal-kapal pasukan Achaean.

Juno sangat senang melihat Neptune membantu pasukan Achaean, namun ia khawatir jika Jupiter mengetahui tindakannya. Juno kemudian pergi ke Lesbos menemui Somnus, dewa tidur, dan memerintahkannya pergi ke Gunung Ida untuk membuat Jupiter tertidur nyenyak. Somnus segera melaksanakan perintah Juno, dan setelah itu ke perkemahan pasukan Yunani menyampaikan pesannya kepada Neptune.

Neptune senang mendengar berita baik itu dan ia terus menyemangati para prajurit Achaean.

Dan kini kedua pasukan terlibat dalam pertempuran yang sangat dahsyat. Hector melemparkannya tombak ke arah Ajax, namun tombaknya dapat ditangkis oleh perisainya. Kemudian Ajax berbalik menyerangnya dengan sebuah batu yang sangat besar, yang digunakan untuk menyangga kapal. Lemparan Ajax mengenai dada Hector dan merobohkan sang pahlawan, seperti halilintar yang menghantam sebuah pohon.

Pasukan Yunani terus memukul pasukan Troy dan bermaksud membunuh Hector yang sudah roboh dan melucuti pakaian perang dan senjatanya. Sarpedon, Aeneas, Agenor, dan para prajurit yang lainnya segera melindungi Hector dengan perisai mereka. Hector kemudian dibawa ke tepi sungai Xanthus dan kekuatannya agak sedikit pulih kemudian.

Ketika pasukan Yunani melihat Hector keluar dari medan perang, mereka semakin bersemangat dan tidak lama kemudian berhasil memukul mundur musuh keluar dari tembok pertahanan dan parit, dan juga membunuh banyak komandan pasukan Troy.

Jupiter kini bangun dari tidurnya. Ia melihat kembali jalannya peperangan, dan melihat para prajurit Troy dipukul mundur, dan Neptune memimpin pasukan Yunani. Ia sangat marah terhadap Juno yang saat itu di sampingnya, mencelanya dengan kasar atas tipu muslihatnya.

Juno membela diri dengan mengatakan bahwa keterlibatan Neptune dalam medan perang bukan atas permintaannya. Neptune melakukannya atas keputusan sendiri. “Aku akan lebih baik menyuruhnya mematuhi perintahmu untuk menjauhi medan perang,” ucap Juno meyakinkan suaminya.

Kemarahan Jupiter kini reda. Jupiter memerintahkan istrinya segera pergi ke Olympus dan menyuruh Iris menemui Neptune, mengatakan kepadanya untuk meninggalkan medan perang. Jupiter juga menyuruh istrinya menemui Apollo dan memintanya mengembalikan kekuatan Hector, dan mengembalikannya ke medan perang. Jupiter kemudian menjelaskan kepada Juno mengapa ia ingin memberikan kemenangan kepada pasukan Troy. “Aku telah berjanji kepada Thetis bahwa para prajurit Yunani akan mendapat hukuman karena kesalahan Agamemnon terhadap putranya,” ucap Jupiter kepada Juno. “Namun akan tiba waktunya ketika Achilles akan membunuh Hector, dan di mana Minerva akan membantu pasukan Achaean menghancurkan Troy.” Juno sangat senang mendengarnya, dan ia segera pergi ke Olympus untuk melaksanakan perintahnya.

Setibanya di Olympus, Juno menyampaikan kehendak Jupiter kepada Iris dan Apollo. Mereka segera perdi ke Gunung Ida untuk menerima perintah Jupiter. Perintah diberikan. Iris dan Apollo segera melaksanakan perintah Jupiter.

Pada mulanya Neptune tidak ingin mematuhi perintah Jupiter. Ia berkata bahwa Jupiter tidak punya wewenang untuk mengaturnya.

Namun Iris menyarankan Neptune mematuhinya, mengingatkannya bahwa Jupiter memiliki kekuasaan menghukum siapa saja yang menentang kehendaknya. Akhirnya Neptune menyerah dan kembali ke laut meninggalkan pasukan Yunani yang sedang memukul mundur pasukan Troy.

Sementara itu Apollo segera mencari Hector. Tubuhnya masih lemah dan tidak bertenaga akibat lemparan batu Ajax. Apollo mengembalikan kekuatannya dan menambah keberaniannya. Kemudian ia memerintahkan Hector untuk masuk kembali ke medan perang memimpin para prajuritnya. Pasukan Yunani bingung sekaligus gentar ketika melihat Hector kembali ke medan perang, karena mereka menyangkanya telah mati, dan mereka percaya bahwa dewa telah menolongnya. Bagaimanapun juga, pasukan Yunani segera merapikan barisan dan mereka akan terus bertempur. Hector maju, dan Apollo berjalan di depannya membawa perisai Jupiter, yang diberikan Jupiter sendiri kepada Apollo, dan dengan melihat perisai itu pasukan Yunani akan gentar dan kehilangan semangat.

Keadaan kini berbalik. Banyak prajurit Yunani tebunuh, sementara sisanya kembali ke perkemahan. Hector terus mengejar musuhnya. Kali ini pasukan Troy sudah tidak dihalangi oleh tembok pertahanan dan parit, karena dewa Apollo telah menghancurkannya.

Pasukan Yunani kini bertempur menjaga kapal-kapal mereka, dan pasukan Troy ingin membakar kapal-kapal pasukan Achaean. Terjadi pertempuran hebat di dekat kapal. Hector naik ke salah satu kapal dan meminta prajuritnya membawa api untuk membakar kapal itu, sementara Ajax putra Telamon sedang berdiri di deretan bangku para pendayung, menggenggam tombaknya yang panjang dan siap mengusir Hector.

Namun akhirnya Ajax putra Telamon mundur, karena Hector memotong tombaknya dengan pedang. Anak buah Hector segera mengantarkan obor, dan api melahap kapal dengan cepat. Pasukan Yunani kini semakin terdesak. Namun tidak disangka-sangka bantuan datang. Patroclus, sahabat karib Achilles, menyaksikan bangsanya sedang terkepung. Begitu melihat kapal terbakar, ia segera pergi ke tenda Achilles dan memohon agar mengasihani para prajurit Yunani yang sedang terdesak musuh.

“Pasukan Yunani,” ucap Patroclus, “sudah terdesak. Komandan-komandan mereka juga banyak yang terluka, sementara kau asik duduk di tendamu. Jika kau memang tidak ingin membantu, ijinkan aku memimpin pasukan Myrmidon untuk membantu mereka, dan pinjami aku pakaian perangmu. Karena para prajurit Troy akan mengira aku adalah Achilles, dan mereka akan ketakutan. Selain itu, pasukan Yunani akan mendapat semangat baru karena mengira kau telah kembali bersama mereka untuk mempertahankan perkemahan.

Achilles mengabulkan permintaannya, namun ia memperingati Patroclus agar tidak terlalu jauh mengejar musuh, karena nyawanya bisa terancam. “Cepat bantu sahabat-sahabat kita,” ucap Achilles, “namun begitu pasukan musuh sudah dipukul mundur kau harus segera kembali ke sini.”

Patroclus segera memakai baju perang Achilles dan setelah itu memimpin pasukan Myrmidon ke medan perang. Mereka tidak bisa bergabung dengan para prajurit lainnya karena Achilles masih membenci Agamemnon, dan kini mereka senang mendapat kesempatan untuk membantu para prajurit Yunani yang sedang terdesak.

Patroclus kini naik ke atas kereta perang Achilles, dan yang mengendarai adalah Automedon yang pemberani, pahlawan Yunani yang hebat setelah Achilles putra Peleus. Kereta perang milik
Achilles ditarik tiga kuda: Xanthus, Balius dan Pedasus. Demikian Achilles memberi nama ketiga kuda kesayangannya.

Para prajurit Troy gemetaran ketika melihat pasukan Myrmidon masuk ke medan perang.

Keadaan kini berbalik kembali, karena Patroclus dan pasukan Myrmidon sedang mengamuk menghabisi para prajurit Troy, dan mereka berhasil mematikan api yang membakar kapal. Setelah menyelamatkan kapal, pasukan Myrmidon, dan dibantu para prajurit lainnya, bahu membahu memukul mundur pasukan musuh ke luar tembok pertahanan, dan terus memukul mundur para prajurit Troy hingga ke tembok kota mereka.

Bahkan Hector sendiri tidak kuasa menghalangi para prajuritnya yang kini melarikan diri akibat panik, seolah-olah mereka telah kehilangan keberanian dan semangat hanya karena sebuah nama, Achilles. Sarpedon memutuskan untuk maju dan menyerang pasukan Myrmidon, dan kemudian menantang pemimpin mereka untuk berduel. Patroclus dan Sarpedon sama-sama melompat turun dari keretanya dan saling melemparkan tombak. Dua kali lemparan Sarpedon tidak kena sasaran, namun salah satu senjatanya membunuh Pedasus. Patroclus melemparkan tombak ke arah Sarpedon, dan lemparannya tepat mengantam dada Sarpedon, dan seketika itu juga Sarpedon roboh ke tanah dan mati.

Sebagian prajurit Yunani kemudian melucuti baju perang Sarpedon. Dewa Apollo kemudian membawa jasadnya atas perintah Jupiter ke Lycia, agar sanak keluarganya dapat memakamkannya dengan layak.

Jupietr begitu menghormati Sarpedon karena ia adalah putranya sendiri. Ia bisa saja menyelamatkannya dari tombak Patroclus, namun Takdir memutuskan bahwa Sarpedon harus mati dalam pertempuran, dan keputusan Takdir tidak dapat diganggu gugat oleh siapapun, bahkan oleh Jove sendiri.

Patroclus juga ditakdirkan mati dalam pertempuran hari itu, dan sekarang waktunya sudah dekat. Melupakan larangan Achilles, ia terus mengejar pasukan Troy sampai ke dekat gerbang kota mereka. Ia berusaha memanjat tembok, namun ia dipukul mundur oleh Apollo, yang sebelumnya berkata kepadanya bahwa Troy tidak ditakdirkan takluk oleh tangannya. Patroclus segera menjauh dari tembok. Ia tidak ingin membuat Apollo marah, namun ia masih mengamuk dan para prajurit Troy banyak yang mati di tangannya.

Akhirnya Hector, didesak oleh Apollo, menghampiri Patroclus. Patroclus mengambil sebuah batu
besar dan melemparkannya ke arah Hector. Lemparannya meleset, namun mengenai kusir kereta perangnya, Cebriones, dan ketika Hector bertarung melawan Patroclus di dekat mayat Cebriones, banyak prajurit Troy dan Yunani yang tewas. Lagi-lagi Apollo ikut campur. Kali ini ia mendekati Patroclus dari belakang tanpa terlihat olehnya, dan memukul bagian tengah bahunya dengan telapak tangannya. Patroclus tersentak, dan tombak dan perisainya jatuh ke tanah. Kemudian Euphorbus, komandan pasukan dari Dardanian, segera bergerak maju, dan dengan tombaknya berhasil melukai dada belakang Patroclus. Kini Patroclus mundur dan berlindung di tengah barisan pasukan Myrmidon. Ketika ia mundur, Hector mengejarnya, kemudian menembus dadanya dengan tombak, dan seketika itu juga Patroclus roboh dan mati.

Kemudian terjadi pertempuran sengit di sekitar jasad Patroclus dan Homer menggambarkan bagaimana pertempuran itu dalam satu bagian penuh The Iliad. Baju perang yang dipakai Patroclus adalah milik Achilles, dan tentu saja banyak yang menginginkannya. Mereka juga ingin mendapatkan jasadnya, agar Achilles tidak bisa memakamkannya secara terhormat. Menelaus adalah yang pertama kali mencoba melindungi mayat Patroclus, dan Euphorbus adalah yang pertama mati ketika memperebutkan baju perang Achilles. Sementara Hector sedang mengejar kusir kereta perang Achilles, Automedon. Ia ingin membunuhnya dan mengambil kuda-kuda indah milik Achilles. Namun Apollo melarangnya.

Mendapat ancaman dari Apollo, Hector segera melupakan ambisinya dan kembali menghampiri mayat Patroclus. Ketika Menelaus melihat Hector datang mendekat, ia mundur dan segera mencari bantuan, karena ia tidak ingin membuat masalah dengan panglima tinggi pasukan Troy. Hector melucuti baju perang yang dipakai Patroclus, dan ketika ingin membawa pergi jasadnya, Ajax putra Telamon mendekat ke arahnya. Hector segera mundur, melompat ke atas kereta perangnya dan menyerahkan baju perang Achilles kepada sahabatnya untuk dibawa ke kota.

Mudurnya Hector dari medan perang dicela oleh Glaucus, prajurit Lycian, sahabat Sarpdon. Glaucus ingin membawa pergi jasad Patroclus dan menukarkan jasadnya dengan baju perang Sarpedon yang sudah dirampas oleh prajurit Yunani. Hector menjawab celaan Glaucus bahwa ia tidak takut bertempur, namun ia ingin mengamankan baju perang Achilles terlebih dulu dan setelah itu kembali lagi ke medan perang. Ia kemudian menyemangati pasukannya, mengatakan bahwa akan memberi hadiah indah kepada siapa saja yang dapat membawa jasad Patroclus.

Hector kembali memimpin para prajuritnya bergerak maju. Ajax, melihat mereka mendekat, meminta Menelaus memanggil prajurit Yunani lainnya untuk mempertahankan jasad Patroclus, dan tidak lama kemudian para prajurit datang untuk membantu Ajax putra Telamon. Dan pertempuran di sekitar jasad Patroclus berlangsung sengit.

Akhirnya Menelaus berhasil membawa jasad Patroclus melewati parit, dan meskipun pasukan Troy mengejarnya, mereka harus menghadapi dua Ajax.

Sementara itu, Antilochus, putra Nestor, diutus dari medan perang untuk pergi ke tenda Achilles mengabari kematian sahabatnya. Achilles sedang duduk di dekat tendanya sambil memikirkan nasib sahabatnya. Mendengar kabar buruk dari Antilochus, Achilles tak kuasa menahan air matanya dan menjatuhkan dirinya ke tanah sambil meraung-raung dan mengacak-ngacak rambutnya. Thetis mendengar tangisan putranya. Ia segera keluar dari istana ayahnya di dasar laut, dan ditemani oleh beberapa peri laut. “Mengapa kau menangis, putraku,” tanya sang ibu.

“Patroclus sudah mati.”

Thetis ikut bersedih dan menangis. Namun ia ingin menyelamatkan nyawa putranya, “Anakku, kau akan menemui ajalmu setelah kematian Hector.”

Namun peringatan dari ibunya tidak berarti, “Biarlah kematian datang dan menjemputku,” jawab Achilles yang dirundung duka cita, “jika itu memang sudah menjadi kehendak para dewa. Namun aku tidak akan membiarkan Hector hidup. Ia harus mati ditanganku, atau hidupku tidak akan berarti.”

Akhirnya Thetis menyerah dengan keinginan putranya yang tetap ingin membalas kematian sahabat karibnya. Namun ia memintanya bersabar untuk tidak pergi ke medan perang hingga ia kembali membawakannya baju perang yang akan dibuat oleh Vulcan. Thetis menyuruh peri-peri laut yang menemaninya kembali ke dasar laut, sementara ia akan pergi ke Olympus untuk menemui Vulcan.

Sementara itu, pertempuran memperebutkan jasad Patroclus masih tetap berlangsung. Pasukan Yunani kini dipukul mundur ke kapal-kapal mereka, hampir kalah total. Tiga kali Hector berusaha mengambil jasad Patroclus, namun tiga kali Ajax dapat memukulnya mundur. Hector masih mencoba merebut jasad Patroclus, dan kali ini ia akan berhasil merebutnya seandainya Juno tidak mengirim Iris agar menemui Achilles di tendanya, dan memintanya membantu teman-temannya yang sedang berjuang habis-habisan mempertahankan jasad Patroclus.

Achilles menjawab, “Namun bagaimana aku bisa ke medan perang, karena musuh telah mengambil baju perangku?”

Iris menjawab, “Pergilah ke parit, dan perlihatkan dirimu di hadapan para prajurit Troy. Mereka
pasti ketakutan dan menjauhi mayat sahabatmu.”

Minerva menebarkan kabut emas di sekitar Achilles yang tengah berlari ke tembok pertahanan. Ia kemudian berdiri di dekat parit dan berteriak keras seperti suara terumpet.

Dengan demikian berakhirlah pertempuran pada hari itu, karena sekarang Juno telah memerintahkan matahari tenggelam. Sang matahari mematuhi perintah Ratu langit meskipun ia sebenarnya belum ingin tenggelam, karena waktu untuk tenggelam memang belum tiba. Dengan tenggelamnya matahari, maka berakhirlah pertempuran hari itu.

Sementara itu, para komandan pasukan Troy, mengadakan pertemuan dan mereka membahas persiapan yang harus dilakukan untuk pertempuran besok hari, karena mereka tahu bahwa Achilles pasti ikut terlibat. Polydamas, komandan yang bijaksana, menyarankan agar mereka berlindung di balik tembok kota, yang mana Achilles sendiri belum tentu bisa menembusnya. Namun Hector menolaknya dan memutuskan bertempur di medan terbuka, membiarkan dewa perang memutuskan siapakah yang akan menjadi pemenangnya.